“Buat Telok Abang sudah lama, dari Januari atau Febuari lalu. Dikerjakannya juga santai dan sekarang tinggal jualan, karena itu harganya beragam,” ujar Rahman ketika ditemui di
kios usahanya di KM 5 Palembang.
Rahman mengaku, keahliannya membuat Telok Abang,karena usaha itu sudah menjadi tradisi keluarganya.
“Ayah, kakak sampe adek jugo buat Telok Abang. Dulu, sampe ribuan dibuat di rumah, terus disimpen dulu.Tapi, dulu bentuknya tidak seperti sekarang,” kata Rahman yang masih bujangan ini.
Dia melanjutkan, pada pertengahan Mei dan Juli,proses pembuatan Telok Abang akan semakin bertambah.
“Kebanyakan yang buat Telok Abang bikinnya sedikit dulu. Baru setelah Juli dibuat banyak, kareno sudah punya target jualan,” ujar pemuda yang mampu membuat Telok Abang hingga ratusan buah perbulannya.
Jenis mainan Telok Abang ini, lanjut dia, ternyata tidak hanya disukai oleh anak-anak.
Pembeli Telok Abang bahkan ada yang sudah bapak-bapak.
“Memang ini mainan anak-anak, yang pasti beli untuk anak-anak. Namun, ada juga bapak-bapak yang beli untuk koleksi. Bahkan ada dari luar kota, ketika melintas di Palembang,”
ujarnya.
Mainan “telok abang” muncul menjelang peringatan 17 Agustusan. Telok abang adalah sejenis mainan berupa miniatur berbagai bentuk seperti pesawat dan kapal laut, yang terbuat dari kayu gabus dengan dilengkapi telur ayam rebus yang diberi pewarna sumba merah.
Telur ayam berwarna merah inilah yang kemudian disebut Wong Palembang Telok Abang. Mainan ini selalu membanjiri Kota Palembang, hanya pada saat menyambut perayaan
17 Agustus saja.
Kemeriahan hari kemerdekaan RI itu, serasa tidak lengkap, jika anak-anak tidak memainkan telok abang. Harganya berkisar Rp 30.000 hingga Rp 50.000.
