pariwisata-kebudayaan

Jonhar Saad: Dulmuluk Diawali Ritual Sesajen

DNU
Senin, 11 Desember 2023 | 07:38 WIB
sesajen dulmuluk dalam workshop dan pertunjukan Dumuluk di Gedung Kesenian Palembang (dok)

Sebelum mendirikan sanggar tersebut, mulanya ia mendirikan dan mengajar Dul Cik (Dulmuluk Kecil).

Pada 1972-1973, ia mengajar Dulmuluk remaja. Intinya, sanggar ini merupakan cara untuk melestarikan seni teater tradisional khas Sumatera Selatan, Dulmuluk.

Oleh masyarakat dan praktisi seni ataupun pecinta seni tradisi Dulmuluk di Sumatera Selatan, Johar Saad lebih dikenal dengan nama Jonhar.

Lelaki kelahiran 15 Agustus1952 ini mengaku, nama Jonhar diperoleh ketika tampil membawakan pertunjukan Dulmuluk di TVRI Palembang. Katanya, waktu itu penulisan namanya keliru.

“Setelah dipikir-pikir, nama itu bagus juga. Akhirnya saya tidak jadi meralat penulisan nama yang kelirutersebut. Sejak saat itu, hingga sekarang, nama Jonhar telah menjadi nama panggung saya,” terangnya.

Mengenai masuknya cerita ini ke Sumatera Selatan, berdasarkan cerita dari kakeknya, pada 1902 Wak Nang Nong mengambil pemikiran dari pertunjukan yang ditontonnya. Kemudian diajarkanlahke Iyek Kamaludin (kakekJohar) dan Iyek Mesir. Masih menurut cerita kakeknya, saat itu yang belajar teatertradisional ini datang dari seluruh kabupaten yang di Sumatera Selatan, sepertidariBangka Belitung, Sekayu,dan Pagar Alam. Namun, yang terkenal hanyaIyek Mesir dan Iyek Kamaludin, karena mereka terus memainkannya, sedangkan yang di kabupaten lainnya tidak berlanjut.

Johar sendiri awal menggeluti seni teater tradisi Dulmuluk sejak berusia empat tahun. Pada 1958-1959, dirinya diperkenalkan dan kerap diajak menonton pertunjukan Dulmuluk oleh kakeknya.

Pertama kali naik panggung adalah ketika duduk di kelas Isekolah rakyat (SR). Masa itu,iaberperan sebagai anak-anak.

Perihal alasan bermain teater tradisi Dulmuluk, Johar menuturkan bahwa itu semata-mata atas dasar suka, dan cinta.

Yang tak kalah penting tentu karena adanya rasa tanggungjawab untuk melestarikan Dulmuluk. Pasalnya, kakeknya belajar dan main teater ini.

Jika kakeknya sudah tiada lagi, siapa yang melestarikannya. Lantas, jiwanya pun terpanggil untuk belajar,
bermain, dan melestarikan Dulmuluk.

“Sebab, Dulmuluk sudah mendarah daging serta jadi tanggungjawab kami,” paparnya.

Soal honor yang kecil, Johar tidak terlalu mempersoalkan karena cintanya yang sudah mendarah itu terhadap seni tradisi Dulmuluk.

Ditambah lagi, pada masa itu ia belum menikah alias belum memiliki tanggungan. Duka lainnya, pernah dalam satu bulan tidak pulang, uangnya habis di jalan. Atau terkadang mesti jalan kaki hingga 30 kilometer ke pelosok hanya untuk memenuhi undangan bermain Dulmuluk.

Johar juga menuturkan tidak sedikit tokoh maupun pemain atau praktisi teater Dulmuluk meninggalkan Dulmuluk dengan berbagai alasan.

Halaman:

Tags

Terkini