KetikPos.com -- Pempek bukan sekadar makanan, melainkan juga bagian tak terpisahkan dari identitas kultural dan kekayaan kuliner Sumatera Selatan yang terus berkembang dan memberikan kontribusi pada kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan.
Pempek, sebagai makanan tradisional Palembang, memiliki cerita sejarah yang menggambarkan keberagaman budaya yang memengaruhi pembentukannya.
Asal-usul pempek diyakini terkait dengan masa kejayaan Laksamana Cheng Ho yang dikirim oleh Raja China untuk menumpas perompak di Sungai Musi.
Baca Juga: Pempek Adaan: Kuliner Khas Palembang yang Mudah Dibuat
Tentara yang datang terdiri dari berbagai latar belakang agama, termasuk Muslim, Katolik, Kristen, dan Buddha.
Setelah menetap di Palembang, banyak di antara mereka menikahi wanita setempat, menciptakan keturunan yang beragam.
Selain itu, imigrasi Cina pada abad ke-16 juga memainkan peran penting dalam memperkaya budaya Palembang.
Baca Juga: Menikmati Pempek Palembang: Tradisinya Sambil Ngirup Cuko
Nama "pempek" atau "empek-empek" diyakini berasal dari sebutan "apek," panggilan untuk lelaki tua keturunan Cina.
Kisah rakyat mencatat bahwa sekitar tahun 1617, seorang apek berusia 65 tahun di Perakitan, tepian Sungai Musi, merasa prihatin dengan potensi tangkapan ikan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Ia mencoba mengolahnya dengan cara yang baru, mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka.
Baca Juga: Mencari Pempek Enak di Palembang, Ini Beberapa Pempek yang Layak Dicicipi
Makanan hasil kreasinya ini kemudian dijajakan oleh para apek dengan sepeda, dan karena panggilan penjualnya, "pek... apek," makanan ini dikenal sebagai pempek atau empek-empek.
Terdapat juga pandangan lain yang menyatakan bahwa nama "pempek" berasal dari proses pembuatannya, yaitu adonan campuran ikan dan sagu yang "dilepekan" atau dibentuk sesuai keinginan.