K KetikPos.com --Benteng Kuto Besak (BKB), atau dikenal juga sebagai Keraton Kuto Besak, memiliki keunikan dalam metode pembangunannya yang mencakup penggunaan bahan-bahan yang tidak lazim, termasuk telur dan rebusan tulang.
Bahan-bahan ini dipercaya digunakan sebagai penguat tambahan dalam konstruksi benteng tersebut.
Telur dan rebusan tulang digunakan bersama dengan bahan lain seperti batu kapur dan semen untuk membentuk adukan atau campuran semen.
Baca Juga: Memperingati Hari Jadi Benteng Kuto Besak: Mengenang Sejarah Gemilang Palembang
Telur memiliki kandungan protein yang dapat berperan sebagai perekat alami dalam adukan, sementara rebusan tulang memberikan tambahan kekuatan struktural.
Penggunaan bahan-bahan ini dapat ditemukan dalam praktek konstruksi tradisional di beberapa budaya, di mana mereka digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan kekuatan material bangunan.
Meskipun penggunaan telur dan rebusan tulang mungkin terdengar tidak lazim dalam konteks konstruksi modern, namun dalam kondisi waktu dan sumber daya yang terbatas pada saat itu Pendekatan ini memberikan alternatif yang efektif untuk memperkuat struktur bangunan seperti Benteng Kuto Besak.
Baca Juga: Benteng Kuto Besak: Memelihara Jejak Sejarah dan Semangat Kebangsaan Palembang
Selain itu, keberadaan bahan-bahan tersebut juga mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara lokal.
Penggunaan telur dan rebusan tulang sebagai bagian dari konstruksi BKB menambahkan dimensi unik pada sejarah dan karakter bangunan tersebut.
Hal ini menjadi salah satu ciri khas yang membedakan BKB dari bangunan-bangunan sejenis pada masa itu.
Dengan demikian, penggunaan bahan-bahan ini bukan hanya sekadar teknik konstruksi, tetapi juga bagian integral dari warisan budaya dan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.
Benteng Kuto Besak (BKB), juga dikenal sebagai Keraton Kuto Besak, merupakan salah satu landmark penting dalam sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.