pariwisata-kebudayaan

Benteng Oranje: Simbol Kekuatan dan Jejak Sejarah di Maluku Utara

DNU
Minggu, 31 Maret 2024 | 19:46 WIB
Benteng Oranye destinasi wisata di Ternate (instagram @sabpolozky)

 

KetikPos.com -- Maluku Utara, sebagai salah satu pusat utama produksi cengkeh di dunia, telah menjadi daya tarik bagi penjelajah dari berbagai belahan dunia.

Tidak hanya tertarik untuk berdagang, tetapi bangsa-bangsa Eropa juga ingin menguasai sumber daya alam yang melimpah di wilayah tersebut.

Sebagai bagian dari upaya mereka untuk mengukuhkan kekuasaan, berbagai benteng dibangun di sepanjang pesisir Maluku Utara, dan salah satunya yang paling terkenal adalah Benteng Oranje.

Baca Juga: Benteng Vredeburg: Saksi Bisu Peristiwa Bersejarah di Yogyakarta

Sejarah benteng ini dimulai dari sebuah struktur pertahanan yang dulunya milik Sultan Ternate dan dikenal sebagai Benteng Melayu.

Ketika VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) berhasil mengusir bangsa Spanyol dari Ternate, Sultan Ternate memberikan benteng tersebut kepada VOC.

Selain memberikan benteng, Sultan Ternate juga memberikan izin kepada VOC untuk mengendalikan perdagangan cengkeh di wilayahnya.

Baca Juga: Benteng Belgica: Legenda Abad Lampau di Pulau Neira, Maluku

Sejak saat itu, pada tahun 1605, Benteng Melayu diubah namanya menjadi Benteng Oranje dan direnovasi menjadi benteng yang kokoh oleh Laksamana François Wittert.

Benteng Oranje bukan hanya bangunan pertahanan biasa, tetapi juga merupakan tempat yang sarat akan sejarah dan peristiwa penting.

Salah satu momen bersejarah yang terjadi di benteng ini adalah saat Gubernur-Jenderal pertama Hindia Belanda, Pieter Both, menggunakan benteng ini sebagai tempat untuk bernegosiasi dengan Sultan Mudaffar dari Ternate.

Baca Juga: Benteng Fort Rotterdam: Mengungkap Warisan Sejarah yang Megah di Kota Makassar

Hal ini terjadi setelah VOC menetapkan Maluku Utara sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda yang baru.

Selain itu, Benteng Oranje juga menjadi tempat pengasingan bagi Pahlawan Nasional, Sultan Mahmud Badarudin II dari Palembang, bersama keluarganya pada tahun 1822.

Halaman:

Tags

Terkini