KetikPos.com -- Benteng Fort Rotterdam, atau yang lebih dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang, adalah salah satu warisan sejarah yang paling menonjol di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Dengan ciri khasnya yang mengesankan, benteng ini menjadi salah satu landmark yang tak terpisahkan dari sejarah kota tersebut.
Menatap benteng ini dari kejauhan, mata Anda akan langsung tertuju pada tembok tebalnya yang berwarna hitam, gerbang masuk yang megah, dan bentuknya yang mengingatkan pada sosok penyu yang merayap menuju laut.
Baca Juga: Menelusuri Kekayaan Sejarah di Benteng Vastenburg, Kota Solo
Inilah yang membuatnya dikenal dengan sebutan "Benteng Penyu" di kalangan lokal.
Konon, benteng ini dibangun pada abad ke-16 oleh Raja Gowa IX dengan gaya arsitektur yang dipengaruhi oleh Portugis.
Namun, peran sebenarnya dari Fort Rotterdam baru terungkap setelah kedatangan VOC di Sulawesi. Pada masa itu, benteng ini menjelma menjadi simbol kekuasaan VOC di wilayah tersebut.
Baca Juga: Benteng Marlborough: Landasan Sejarah yang Kokoh di Tanah Bengkulu
Dalam perkembangannya, benteng ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pertahanan, tetapi juga menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan di wilayah timur Nusantara.
Hal ini tercermin dari arsitektur bangunan-bangunan di dalam benteng yang bergaya Eropa, dengan atap-atap berbentuk pelana yang khas.
Banyak peristiwa sejarah penting yang terjadi di sekitar Fort Rotterdam. Salah satunya adalah Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, di mana VOC berhasil memaksa Gowa menandatangani perjanjian tersebut.
Baca Juga: Benteng Kuto Besak (BKB) Terbuat dari Telur dan Rebusan Tulang
Meskipun sejumlah benteng di wilayah tersebut dirobohkan, Fort Rotterdam tetap berdiri teguh.
Pengunjung yang memasuki area benteng akan disuguhkan oleh keindahan bangunan-bangunan tua yang masih terawat dengan baik.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.