Mutiara Fryscha Chrisshytha Larumunde — siswi kelas 12 SMA Xaverius 1, termuda di tim, tapi memiliki energi yang menghidupkan latihan.
Nazwa Deri Apriliani — mahasiswa semester 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya.
Di sela kuliah dan praktikum, ia tetap setia meluangkan waktu untuk latihan tari.
“Songket bukan hanya kain. Di setiap helainya ada doa, kerja keras, dan cinta pada budaya,” ujar Solehatul setelah tampil.
Tarian yang Bercerita
Karya koreografer Muhammad Aril berjudul Gadis Tenun Songket itu bercerita tentang keseharian gadis Palembang di masa lalu. Gerak pembuka menggambarkan bangun pagi dan mandi di tepian Sungai Musi. Lalu penonton diajak masuk ke inti cerita — memintal benang emas, menggerakkan tangan dan tubuh seperti pengrajin yang tekun menenun. Di akhir, songket yang selesai dikerjakan diangkat tinggi, menjadi simbol kebanggaan.
Setiap gerak tidak diciptakan untuk sekadar memukau mata, tetapi memanggil ingatan. Penonton bisa merasakan aroma kayu basah di tepi sungai, dengar denting alat tenun, hingga rasa bangga yang menghangat di dada saat karya selesai.
Baca Juga: Bahasa Indonesia Dikritisi di Rakernas JKPI: Ketua DKP Palembang Ingatkan Nasionalisme Kebahasaan
Didukung Duta Budaya CBCA
Selain empat penari DKP, panggung juga diisi empat duta budaya dari Cek Bagus Cek Ayu (CBCA): Nys Jasmine Abdullah, Adinda Nazila Keyla, Felycia Alam Shah Putri, dan Salsabila Azhara.
Mereka bersama-sama memperkuat representasi Palembang di ajang budaya berskala nasional ini.
Disaksikan Para Tokoh
Pertunjukan ini menjadi bagian dari Rapat Kerja Nasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025.
Penampilan mereka disaksikan langsung oleh Istri Wakil Wali Kota Palembang Putri Azizah Prima Salam, Sekda Afrizal Hasyim, Asisten II Isnaini Madani, Kepala Dinas Kebudayaan M Affan Prapanca, Sekretaris Dinas Septa Marus, Kabid SDM Kms A Fadli, Ketua DKP M Nasir bersama Sekretaris Faldi Leonardo, serta pengurus lainnya Dr Kms Ari Panji dan Febri Zulian.