KetikPos.com -- Wong Palembang memang hebat, putih telur dibuat kapal selam, nah putih telur nya untuk perekat Benteng Kuto Besak (BKB).
Benar atau tidak, Wong Palembang memang Besak Kelakar. Yang jelas, hari ini BKB ultah yang ke-226. Per 21 Februari 1797, perdana BKB diresmikan dan dihuni Sultan.
Informasinya, perekat dinding Benteng Kuto Besak (BKB) itu bukan hanya semen dan pasir. Tapi juga menggunakan putih telur. Terbayang tidak ya, seberapa banyak menghabiskan telur untuk membangun benteng itu.
Ada tidak ya, hubungan antara pembangunan benteng ini dengan pempek telok atau pempek telok besak yang disebut kapal selem. Apalagi pembangunannya yang memakan waktu 17 tahun. Pengerjaannya dimulai 1780 dan baru bisa selesai serta diresmikan 21 Februari 1797.
Apalagi, benteng itu dikelilingi tembok besar. Tinggi lumayan 9,14 meter, sementara ketebalannya 2,13 meter. Dan ada empat kubu (bastion di setiap sudutnya). Juga terdapat sejumlah meriam yang terbuat dari besi dan kuningan.
Keraton ini berdiri di tanah yang luas, berbentuk persegi panjang menghadap ke Sungai Musi, panjangnya 274,32 meter, dan lebar 182,88 meter.
Bisa jadi ya, selama membangun benteng itu, putih telurnya untuk pencampur semen dan pasir. Sementara kuning telurnya digunakan untuk mengisi pempek atau dulu disebut kelasan.
Kalau dulunya cuma ada pempek lenjer, sejak membangun benteng itu ketemu ide membuat pempek telok. Walahu alam.
Kebenarannya perlu diteliti dan ditanya ke sejarawan atau budayawan. Ini sekedar pemikiran jalanan.
Seperti dilansir dari Channel Youtube Mang Dayat, Keraton memiliki pelataran yang luas, balai agung, gerbang besar. Di dalamnya terdapat pula keputren, paseban, ruang tempat menerima tamu, tempat kediaman sultan dan permaisuri.
Di tengah keraton terdapat kolam dengan perahu, taman, dan pohon buah-buahan.
Di antara keraton Kuto Besak dan keraton Lamo, terdapat jalan menuju mesjid utama kerajaan
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang.
Ide mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang berkuasa pada tahun 1724-1758. Dan pelaksanaan pembangunannya dituntaskan oleh penerusnya yaitu Sultan Muhammad Bahauddin yang bertahta pada tahun 1776-1803.