Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Herman Deru pernah mencatatkan namanya dalam sejarah pemilihan kepala daerah Indonesia sebagai salah satu bupati yang meraih dukungan rakyat terbesar. Pada Pilkada 2010, ia dan pasangannya, Cholid Mawardi, berhasil mengumpulkan 95,56% suara di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan.
Dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 91,11%, pencapaian ini tidak hanya mencerminkan dukungan publik yang luar biasa, tetapi juga menjadikan KPUD OKU Timur sebagai penyelenggara Pilkada yang diakui paling sukses secara nasional.
Baca Juga: Sumsel Berkat: Inovasi Layanan Kesehatan Gratis dengan KTP, Herman Deru Siap Lanjutkan di 2024
Perolehan suara yang diraih Herman Deru bahkan melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Fadel Muhammad dan Gusnar Ismail di Gorontalo pada 2006 dengan 82,1% suara, serta Herman Sutrisno-Achmad Dimyati di Banjar, Jawa Barat, yang meraih 92,17% pada 2008.
Dengan pencapaian tersebut, Herman Deru secara simbolis menjadi sosok kepala daerah yang membuktikan kemampuannya mempertahankan dukungan masyarakat dalam dua periode pemerintahan.
Kunci Sukses Tanpa Konsultan Politik
Keberhasilan Herman Deru tidak didapat dengan bantuan konsultan politik, melainkan berkat dedikasinya kepada rakyat. Sebagai menantu dari mantan Walikota Palembang H. Husni, dan menikah muda pada usia 17 tahun dengan Febrita Lustia, Herman Deru telah dianugerahi empat putri.
Sejak awal, ia menetapkan rakyat sebagai fokus utama dari program pembangunan yang ia jalankan. Pengalaman pertamanya sebagai bupati OKU Timur pada 2005, di masa ketika OKU Timur baru saja dimekarkan dari OKU, menjadi ajang pembuktian bagi Herman Deru untuk menunjukkan komitmennya kepada masyarakat.
Meskipun dihadapkan pada minimnya sumber daya dan anggaran terbatas – saat awal memimpin, APBD OKU Timur hanya sebesar Rp247 juta – Herman Deru mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
Ia membina hubungan yang dekat dengan rakyat, membuka pintu rumahnya 24 jam untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi mereka. Komunikasinya yang lancar dalam bahasa Komering dan Jawa membuatnya lebih mudah berinteraksi dengan warga asli maupun pendatang.
Bupati “Dua Lima”: Dua Hari di Kantor, Lima Hari di Lapangan
Sebagai pemimpin yang fokus pada kebutuhan masyarakat, Herman Deru dikenal dengan istilah “Bupati Dua Lima” – dua hari di kantor dan lima hari di lapangan. Ia percaya bahwa kehadiran langsung pemimpin di tengah masyarakat adalah kunci dalam memahami kebutuhan mereka.
Fokusnya bukan pada pembangunan infrastruktur megah, tetapi pada proyek-proyek yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, seperti pembangunan jalan usaha tani, akses pendidikan, dan layanan kesehatan.
Herman Deru juga berhasil mengubah wajah OKU Timur dari daerah yang dulu dikenal rawan menjadi wilayah yang lebih aman. Pada 2006, ia mencanangkan program “OKU Timur Aman” bersama Gubernur Sumatera Selatan saat itu, Syahrial Oesman. Program ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat sehingga mereka bisa bekerja dan beraktivitas tanpa rasa takut.
Baca Juga: Elektabilitas Herman Deru-Cik Ujang Unggul di Delapan Kabupaten dan Kota Sumatera Selatan
Komitmen pada Wakil dan Pembangunan Berkeadilan