Ketikpos.com- Malam itu, langit Kedoya Utara, Kebon Jeruk terasa berbeda. Ratusan jamaah berjubel di halaman tenda perayaan Milad ke-18 Majelis Ta’lim Albahja yang dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Lantunan shalawat bergema, dan suasana spiritual menyelimuti udara.
Namun, ketika Habib Rizieq Shihab (HRS) naik ke mimbar, suasana bergeser dari hening religius menuju riuh penuh semangat.
Dengan sorban putih, intonasi lantang, dan tangan berayun penuh retorika, pendiri FPI itu menjadikan forum dzikir ini sebagai panggung kritik sosial-politik yang tajam.
Majelis Ta’lim Albahja, yang didirikan oleh Habib Ahmad bin Muhdor Alatas, selama hampir dua dekade dikenal sebagai pusat dakwah di jantung Jakarta Barat.
Dari majelis ini, suara dakwah bergaung dan malam itu, suara kritik juga menyeruak keras.
Kasus Rumah Diserbu: Alarm dari Rakyat
Isu penyerbuan dan rencana penjarahan rumah Sahroni dan Sri Mulyani sempat mengguncang opini publik. Rumah politisi flamboyan NasDem itu disebut-sebut masuk dalam daftar sasaran kemarahan massa.
Demikian pula rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang ikut dijarah.
Bagi HRS, kasus ini adalah simbol retaknya kepercayaan rakyat terhadap elit.
“Kalau sampai rumah pejabat jadi sasaran amarah, itu tandanya rakyat sudah muak. Ada jurang yang makin lebar antara pemerintah dan rakyat!” serunya, membuat jamaah bergemuruh dengan pekikan takbir.
Sahroni: Politik Hedonis dan Ucapan Kontroversial
Sorotannya kemudian menukik ke Ahmad Sahroni, yang selama ini dikenal dengan gaya hidup mewah. Koleksi mobil sport dan pameran kekayaannya dianggap cermin politik hedonis.
“Kalau wakil rakyat sibuk pamer kekayaan, bagaimana bisa paham perut rakyat yang kosong?” tanya HRS, tajam.
