Ia menambahkan, efek kebijakan fiskal butuh jeda waktu sebelum terlihat. Dengan model sekarang, dampak bisa diukur dalam 1–2 bulan, sementara untuk skala besar biasanya terlihat dalam tiga bulan.
Industri Terhimpit, Negara Bergantung
Di satu sisi, industri rokok menyerap jutaan pekerja mulai dari buruh pabrik, petani tembakau, hingga distribusi. Di sisi lain, cukai rokok adalah kontributor utama penerimaan negara dari sektor cukai.
Bagi Ichsanuddin, kondisi ini adalah bentuk finansialisasi: penerimaan APBN meningkat, tapi penyempitan lapangan kerja tidak terhindarkan. “Cukainya memang jadi sandaran, tapi bukan berarti fundamental ekonomi,” ujarnya.
Dilema: Kesehatan Publik vs Ekonomi Rakyat
Tarif cukai tinggi sejatinya diarahkan untuk menekan konsumsi rokok, sejalan dengan kampanye kesehatan. Namun fakta di lapangan menunjukkan dilema.
Konsumsi menurun, industri mengecil, pekerja berkurang, sementara belum ada program pengganti bagi penyerapan tenaga kerja.
Kini pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit: mempertahankan cukai tinggi demi kesehatan publik dan penerimaan negara, atau memberi kelonggaran demi industri dan pekerja.