Sementara itu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2021 Indonesia memproduksi kakao seberat 706.500 ton. Dalam satu dekade terakhir, pencapaian produksi kakao terbesar Indonesia tercatat pada 2018, yakni mencapai 767.400 ton. Sedangkan produksi kakao terendah tercatat pada 2017 yang hanya 585.200 ton.
Provinsi penghasil kakao terbesar pada 2021 adalah Sulawesi Tengah, yakni mencapai 130.600 ton. Diikuti oleh Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat dengan produksi kakao masing-masing 114.800 ton dan 107.700 ton.
Menurut data Trademap, nilai ekspor kakao Indonesia pada 2021 mencapai USD1,2 miliar, hanya turun 2,9% dari tahun sebelumnya (year on year/yoy). Capaian tersebut tidak jauh berbeda, bahkan lebih tinggi dibanding sebelum pandemi yang nilai ekspornya USD1,19 miliar pada 2019.
Tren ekspor kakao Indonesia cenderung fluktuatif dalam satu dekade terakhir. Nilai ekspor komoditas dengan kode HS 18 tersebut sempat mencapai level tertinggi pada 2011, yakni USD1,34 miliar. Sedangkan nilai terendahnya tercatat pada 2012, yakni USD1,05 miliar.
Ekspor kakao Indonesia pada 2021 paling banyak dikirim ke Amerika Serikat, dengan nilai USD216,41 juta atau 17,91% dari total nilai ekspor nasional. India menempati peringkat kedua sebagai negara tujuan ekspor kakao terbesar Indonesia pada tahun lalu, yakni senilai USD152,01 juta. Berikutnya, nilai ekspor kakao RI ke Tiongkok dan Malaysia masing-masing sebesar USD136,31 juta dan USD132,60 juta.
10 Negara Tujuan Utama Ekspor Kakao Indonesia pada 2021
Amerika Serikat: USD216,41 juta
India: USD152,01 juta
Tiongkok: USD136,3 juta
Malaysia: USD132,6 juta
Estonia: USD72,63 juta
Australia: USD63,97 juta
Jerman: USD49,75 juta
Filipina: USD46,92 juta
Rusia: USD34,36 juta