Ketikpos.com -- Penetrasi pasar terus dilakukan berbagai platform digital. Namun, posisi pasar tradisional sepertinya masih kua dan sulit digoyang.
Alih-alih mengegser posisi pasar tradisional yang identik dengan becek, pasar startup, seperti Sayirbox justru tak kuat berkontroversi.
Domino effect badai PHK masih terus berlanjut. Kali ini giliran Sayurbox. Alasan sartup e-grocery ini melakukan PHK, menurut CEO-nya Amanda Susanti, adl krn lini business to consumer (B2C) tidak tumbuh sprti yg diperkirakan selama pandemi.
Baca Juga: Berkunjung ke Pasar, Presiden Beli Baju Koko
dari instagram @yuswohady diketahui, PHK Sayurbox semakin memperkuat tren datangnya senjakala startup digital yang mengalami masa paceklik krn terhantam dari dua sisi.
#1. Sisi SUPPLY (of capital), mrk mulai ditinggalkan investor shg tak bisa lg mendapatkan seri pembiayaan utk mendukung operasi.
#2. Sisi DEMAND, mrk mulai ditinggalkan oleh konsumen krn layanannya kian tak kompetitif krn tak ada lagi duit yg "dibakar" utk memberikan cashback n diskon besar2an.
Riset yg dilakukan Inventure-Alvara (Februari 2023, n: 620) menunjukkan tren konsumen kini semakin meninggalkan layanan startup digital krn semakin mahal n tak kompetitif lg.
Baca Juga: Tidak Perlu ke Pasar, Ini Tanaman Bumbu Dapur Yang Dapat Ditanam di Perkarangan Rumah
Mulai dari startup digital: e-commerce, ride hailing, online delivery, pinjol, hingga e-grocery (Sayurbox) turun intensi penggunanya.
Yang menarik adl utk e-grocery. Menurut data itu hanya 3,2% konsumen yg belanja sayur via platform digital.
Celaknya, ketika ditanya apakah ke depan akan terus menggunakannya, hanya 1,3% yg mengatakan: ya.
Artinya, pasar e-grocery saat ini sgt kecil (niche) dan trennya terus menurun.
Kita tunggu saja apakah pasar yg niche ini akan tetap bertahan or sebentar lg akan mengucap n say goodbye.