Mereka juga harus disiplin membatasi user dalam intranet yang memiliki data kritikal. Jangan sampai semua user bisa mengaksesnya. Ini penting demi mencegah bocornya jaringan dari kelemahan user.
Tidak semua user paham akan keamanan data. Merekalah yang kerap dijadikan target utama para hacker.
Alfons Tanujaya menyatakan, banyak perusahaan besar Indonesia yang turut menjadi korban ransomware. Misalnya saja lembaga dan kementerian pemerintah, atau perusahaan tambang. Sebab bidang-bidang ini kerap mengabaikan atau lengah dalam menerapkan disiplin keamanan teknologi informasi.
Lazimnya para hacker akan memeras dengan minta bayaran berupa mata uang kripto. Sebab mata uang ini akan sulit dilacak peredarannya. Dengan begitu maka si hacker pun sulit diusut.
Apabila pihak bank yang diserang tidak bersedia memenuhi permintaan hacker, maka data nasabah bisa dirilis. Tentu saja ini sangat berbahaya. Mulai dari nomor rekening, PIN, sampai password ada di tangan hacker serta orang-orang yang akan menyalahgunakannya.
Sebuah peringatan bagi bank serta semua perusahaan swasta maupun milik pemerintah untuk lebih disiplin dalam menjaga keamanan data.