Tari Gending Sriwijaya: Persembahan Keindahan dan Kebahagiaan Palembang yang Abadi

photo author
DNU
- Senin, 29 Januari 2024 | 07:18 WIB
penari gending sriwijaya (instagram @hennyseto)
penari gending sriwijaya (instagram @hennyseto)

 

KetikPos.com -- Kota Palembang, jantung kekayaan sejarah di Pulau Sumatra, memelihara suatu warisan budaya yang tak ternilai.

Dari zaman keraton Kerajaan Sriwijaya hingga masa keemasan Kesultanan Palembang Darussalam, Tari Gending Sriwijaya menjadi salah satu manifestasi megah yang mencerminkan keindahan dan kekayaan tradisi.

Proses Penciptaan dan Keunikan Tari Gending Sriwijaya:

Tari Gending Sriwijaya bukan semata tarian, melainkan simbol kebahagiaan gadis-gadis Palembang menyambut tamu terhormat.

Baca Juga: Tari Gending Sriwijaya Dilarang Digunakan Menyambut Pengantin, karena Menurunkan Nilainya

Penciptaan tarian ini dimulai pada 1943 sebagai respons terhadap permintaan pemerintah Jepang yang menginginkan tarian dan lagu untuk menyambut tamu di Keresidenan Palembang.

Penata gerak tari, Tina Haji Gong, dan Sukainan A Rozak, menyusun konsep dari unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada.

Ciptaan Musik dan Syair Gending Sriwijaya:

Lagu Gending Sriwijaya, diciptakan oleh A Dahlan Muhibat pada 1943, merupakan perpaduan antara lagu Sriwijaya Jaya dan konsep lagu Jepang.

Syair lagu ditulis oleh Nungcik AR. Musik pengiring Gending Sriwijaya aslinya menggunakan gamelan dan gong, menciptakan harmoni yang memukau.

Baca Juga: Palembang Tak Punya Tari Sambut, Budayawan-Seniman Pertanyakan karena Gending Sriwijaya itu Punya Provinsi

Penampilan Perdana dan Penari Utama:

Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan pada 2 Agustus 1945, di halaman Masjid Agung Palembang, saat menyambut M Syafei dan Djamaluddin Adinegoro.

Sembilan penari muda dan cantik, seperti Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A Rozak, Thfah, Halimah, Busron, Darni, Emma, dan Tuti Zahara, menjadi pionir dalam mempersembahkan keindahan gerakan tarian ini.

Busana Adat dan Pengiring Tarian:

Penari Tari Gending Sriwijaya mengenakan busana adat khas Palembang, seperti Aesan Gede, Selendang Mantri, Paksangkong, Dodot, dan Tanggai.

Busana ini mencerminkan keanggunan dan kekayaan budaya Palembang. Pada saat penampilan, ada dua penari pengiring yang membawa payung dan tombak.

Meskipun musik pengiringnya awalnya menggunakan gamelan dan gong, saat ini, tape recorder lebih sering digunakan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X