FMB Menggelar FGD Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Ngorok pada Hewan Ternak, Ini Materi yang Disampaikan

photo author
- Rabu, 29 Mei 2024 | 07:16 WIB
Foto bersama Ki Edi Susilo selaku Founder Forum Masyarakat Berdaya (Yanti/KetikPos.com)
Foto bersama Ki Edi Susilo selaku Founder Forum Masyarakat Berdaya (Yanti/KetikPos.com)

Selanjutnya, bekerjasama dengan disposal hewan mati menggunakan alat berat atau excavator. Pengetahuan lalu lintas oleh POV untuk keluar masuknya hewan atau produk hewan atau media pembawa penyakit hewan dengan prinsip manajemen risiko. 

"Kolaborasi antar stakeholder perangkat desa kelompok ternak untuk akses sumber pendanaan daerah," katanya.

Lebih lanjut Ruzuan Effendi mengatakan, banyak faktor yang sebabkan kerbau rawa yang belum lama ini banyak yang mati di OKI tersebut.

Salah satunya itu terkait kebiasaan lepas liar hewan ternak ini oleh masyarakat. Dengan kata lain, hal tadi menyebabkan hewan ternak tersebut akan sangat rentan terkena penyakit. 

" Di dalam kandang saja, potensinya masih ada apalagi yang dilepas liarkan begitu saja oleh pemiliknya, sehingga hal ini membuat ternak menjadi rentan terserang penyakit dan salahsatunya penyakit ngorok akibat bakteri SE.

Untuk itu, kita juga himbau bagi pemilik ternak atau peternak untuk terapkan pola Pengandangan.

Sehingga bisa dapat terus mengontrol kesehatan termasuk juga pakan yang diberikan. Jangan hanya diberi karbohidrat saja, tapi pastikan protein serta vitamin juga seimbang," ulasnya. 

Tidak hanya, untuk mengantisipasi semua hal tersebut terulang, pihaknya juga mulai mewajibkan peternak untuk memvaksinasi hewan ternak miliknya.

Baik itu yang berada di kandang maupun yang dilepas liar. Untuk itu, program vaksinasi ini dilakukan secara serentak dengan melibatkan stakeholder terkait dan peternak atau pemilik hewan tadi. Hanya saja, karena jumlahnya yang terbatas, kemungkinan akan ada biaya. 

" Selain di kandang, makanan hewan ternak ini juga harus seimbang, selain itu supaya bisa tetap sehat, pastikan jua hewan ternak ini divaksin dan mengontrol kesehatan dari hewan ternak tersebut.

Semua langkah ini, akan kita libatkan pihak desa dan badan jua dinas terkait. Karena semua harus berjalan bersama dan tidak bisa sepihak saja," ulasnya. 

Sementara itu, Dr. drh. Jafrizal M.M selaku Ketua PDHI Sumsel mengatakan, Kejadian yang menimpa kerbau rawa si OKI beberapa waktu lalu, bukan karena virus melainkan karena bakteri yang dialami oleh kerbau rawa atau yang dilepas liar oleh pemiliknya.

Kejadian ini terjadi terutama di musim penghujan, yang mana bakteri yang menjangkiti kerbau yakni Septicaemia Epizootica ini banyak ditemui di kawasan rawa.

Di samping itu, di dalam kubangan air, bakteri tersebut bisa bertahan hidup hingga 10 hari. Selain itu, penyebarannya ataupun penularannya juga sangat cepat, sehingga hal ini menyebabkan kerbau banyak mati. 

Di samping bakteri SE, masih kata Jafrizal tadi, setidaknya ada 18 penyakit hewan ini yang perlu diwaspadai oleh peternak atau pemilik hewan, terutama di musim hujan mendatang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yanti

Tags

Rekomendasi

Terkini

X