KetikPos.com - Griya Kain Tuan Kentang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata bagi siswa untuk mempelajari kebudayaan lokal. Ada berbagai elemen masyarakat yang datang ke Griya Kain Tuan Kentang mulai dari siswa hingga komunitas.
Ketua Griya Kain Tuan Kentang, Sofyan Candra mengatakan, ada banyak kain jumputan dan kain songket dari produk pengrajin tuan kentang ini dibuat dititip di sini menjadi satu pintu di komunitas kelompok usaha bersama tuan kentang. Kalau pengrajin untuk 10 anggota tetap sisanya 25 anggota biasa totalnya sampai 35.
"Semenjak berdiri kurikulum merdeka tahun 2020 untuk pelatihan ini kita semakin padat. Jadwalnya beberapa sekolah sudah jadi salah satu visi misi kami bahwa salah satu bentuk melestarikan budaya Palembang ini dengan cara meregenerasi mengenalkan kain-kain Palembang ini khususnya jumputan dan blongsong ini ke siswa sekolah," ujarnya.
Baca Juga: Lestarikan Budaya Jumputan, IPTI Sumsel Kunjungi Griya Tuan Kentang
Lebih lanjut dia menuturkan, pemberian pemahaman pada usia muda itu lebih bagus karena lebih muda memahami.
"Kita juga terbuka untuk pelatihan pra pensiun atau pasca pensiun. Kita membuka kemarin juga ada ibu-ibu dari rombongan wisata sebagian besar dari ada yang Telkom ada yang berumah tangga ada yang pengusaha yang ikut pelatihan di sini," katanya.
Ketika ditanya sejarah pembuatan kain jumputan, Sofyan menjelaskan, kain jumputan ini kalau dia baca salah satu buku dari secara nasional bahwa kalian jumputan itu sudah ada sejak zaman dahulu.
Baca Juga: Segera Urus KIS, Bisa Berobat Gratis
"Di Palembang sendiri itu dipakai pada saat zaman kesultanan sudah ada. Adapun kain jemputan sendiri sebenarnya itu cara membuatnya tapi kalau nama kainnya sendiri di Palembang itu kain pelangi dikatakan kain pelangi karena warnanya warna warni.
Jadi kalau dulu dipakai di sebagai kain selendang atau bagian bawahan untuk pakaian wanita tapi seiring berkembangnya zaman dan jemputan ini sudah masuk di komoditas. Jadi dalam artian itu bagian dari seni rupa yang terpakai. Untuk motif-motifnya sendiri ada kain titik 7, kelereng ada sebagian dari geografi Sumsel," tuturnya.
Baca Juga: Jalan Penghubung Dua Kabupaten di Sumsel Diresmikan
"Motif titik 7 itu ada yang menyatakan 7 lapis langit 7 langit bumi. Ada juga yang mengatakan titik tujuh itu dongeng orang Melayu. Itu kisah-kisahnya ada juga gelombang perairan mana geografis Indonesia ini lebih banyak air kedua air itu sendiri sebagai jalur perdagangan pada zaman dulu," tambahnya.
Sofyan mengungkapkan, menurut sejarah yang dia dapatkan dari orang tuanya dulu dan dari beberapa literasi memang di Palembang ini suku yang ada itu suku Melayu Tionghoa dan suku Jawa dan Arab.
Baca Juga: Nining Analita Karyawan PT BSPC Mengalami Trauma Berat Karena Asetnya Akan Disita