"Jadi mereka berkolaborasi dalam satu bentuk seni dan budaya yaitu dituangkan dalam sebuah kain seperti teknik tenunnya orang Cina itu dulu terkenal dengan pakaian sutranya begitu pula dengan orang Arab orang hujarat yang mengenalkan tekstil.
Jadi mereka itu satu suku itu bersatu dalam selembar kain dengan bercampur dengan banyak warna itu dari beberapa ada titik tabur bintang corak-coraknya Arab yang mereka ke sini itu melalui sistem navigasi perbintangan juga ada dari melayunya juga ada dari cinanya seperti motif bebek, mangga terbelah itu kalau disatukan itu menarik.
Baca Juga: Team Srigala Unit Reskrim Polsek Penukal Utara Bekuk Terduga Pelaku Tindak Pidana Penipuan
Artinya seluruh budidaya itu ada semua bergabung karena Sumatera Selatan ini khususnya Palembang itu banyak suku yang ada di sini," bebernya.
Dia berharap pada generasi menjaga melestarikan dan mengembangkan kebudayaan lokal.
Baca Juga: PT Gorby Bantah Soal Polemik Kepemilikan Lahan
"Jadi jangan terpaku bahwa kain jumputan itu yang dibawanya itu ke hal-hal yang formal jadi bisa dituangkan untuk hal ke non formal bisa dikembangkan lagi lebih kekinian," ucapnya.
Menurutnya, pemerintah setempat sudah banyak melakukan hal yang positif terhadap UMKM khususnya di bidang kain budaya ini sudah banyak.
"Kita selanjutnya kita dikenalkan di dunia internasional seperti halnya batik," tandasnya.
Artikel Terkait
Almarhum Mady Lani Terima Penghargaan Batanghari Sembilan 2023, Kok Bisa
Ratusan Desainer Daftar, Desain Batik Haji Indonesia Kembali Disayembayarakan
Musda DKSS VI Tetapkan Didit sebagai Ketua DKSS Periode 2023-2028
Terpilih Ketua DKSS, Ini Kata Ms Iqbal Rudianto tentang Kesenian di Sumsel, Tak Ada Basa-Basi
Hari ini Rebo Akhir digelar di Bagus Kuning Plaju
Rebo Akhir Tahun ini Paling Meriah di Palembang
Lestarikan Budaya Jumputan, IPTI Sumsel Kunjungi Griya Tuan Kentang