Fenomena Ida Dayak, Islam dan Sains

photo author
DNU
- Kamis, 20 April 2023 | 13:06 WIB
Ida Dayak mengenakan pakaian adat Dayak sedang melaksanakan prosesi penyembuhan pasiennya (tangkapan layar @metrosatu.com)
Ida Dayak mengenakan pakaian adat Dayak sedang melaksanakan prosesi penyembuhan pasiennya (tangkapan layar @metrosatu.com)

Tidak sedikit tokoh publik memanfaatkan jasanya, seperti Hendropriyono (mantan panglima TNI), Guruh Soekarnoputra, Ali Mukhtar Ngabalin, dan masih banyak lagi.

Bahkan mantan Menteri Kesehatan, Fadhilah Supari, menurut pengakuannya di salah satu acara sebuah TV sempat meneteskan air mata setelah melihat di media betapa bahagianya rakyat yang mendapatkan pertolongan Ida Dayak.

Rakyat sangat terharu atas kebaikan dan kepedulian Ida Dayak yang ikhlas dan peduli tanpa bayaran.

Meski demikian, tidak sedikit orang yang mencela dan menuduh ini dan itu. Apalagi kalangan dokter yang hanya percaya pada prinsip keilmuan Barat. Sebagian orang memojokkan Ida Dayak telah melakukan praktik perdukunan.

Ada pula yang menyamakan fenomenanya seperti aksi bocil Ponari asli Jombang Jawa Timur beberapa tahun lalu.

Konon, Ponari dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit dengan modal batu ajaibnya. Entahlah.

Terlepas dari kontroversi itu, telah muncul pertanyaan kritis. Bagaimana Islam memandang sains medis dan munculnya fenomena Ida Dayak?

Teori-teori sains medis seakan dimentahkan oleh cara pengobatan Ida Dayak. Pertanyaan itu mengemuka meski memang agak sedikit rumit untuk menjawabnya.

Jika dilacak dalam sejarah, Islam sebetulnya sangat mendukung pendekatan medis. Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kerangka keilmuan dan logis.

Banyak saintis muslim abad pertengahan yang berhasil menulis buku-buku kedokteran, sekaligus menjadi dokter.

Bahkan kitab "Kitab Al-Syifa" karya Ibnu Sina, pernah menjadi referensi bidang kedokteran oleh para dokter Barat selama 8 abad. Kitab tersebut merupakan ensiklopedia filsafat penyembuhan.

Kitab Ibnu Sina lainnya ada "al-Qanun fi al-Thibb", yaitu susunan kitab pemikiran kedokteran Yunani-Arab.

Saintis muslim medis lainnya seperti Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Thabari. Ia menulis kitab berjudul "Firdaus al-Hikmah" (Surga Hikmah) yang menjadi salah satu mahakarya ilmiah mengenai obat-obatan tertua dalam bahasa Arab.

Ia juga menulis ensiklopedia mengenai pediatri dan tumbuh kembang anak.

Ada juga Al-Razi atau Abu Bakr Muhammad bin Zakariyya al-Razi. Di dunia barat ia dikenal dengan nama Rhazes atau Albubator. Ia merupakan dokter muslim terbesar dan ilmuwan yang paling produktif. Bahkan ia disebut-sebut sebanding dengan Hippocrates dan Galen, yang merupakan dokter Yunani.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Sumber: kemenag.go.id

Tags

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X