Pertama, sayembara harus dapat memberikan efek bagi peningkatan ekonomi bisnis perajin batik UMKM Indonesia. “Batik cap yang disayembarakan ini agar bisa diproduksi sebagai batik cap, tidak printing. Kita ingin sekali mengangkat perajin batik cap di manapun berada. Kita berharap batik cap bisa diproduksi secara masal dengan baik,” sebutnya.
Kedua, kata Eny, batik haji yang sejak 10 tahun terakhir digunakan adalah batik printing (cetak). "Nah, sekarang kita ingin mengangkat perajin batik dari kalangan UMKM. Nanti yang produksi juga para perajin,” sebutnya.
Namun pemilihan batik cap ini bukannya tanpa kendala. Menurut Eny, kalau diproduksi dengan cap, batik berpotensi tidak sama persis. Ini menjadi tantangan dalam proses produksi agar hasilnya nanti bisa relatif sama. Sebab, kalau dalam proses produksi batik cap, komposisi warna yang berbeda saja bisa menghasilkan batik yang berbeda pula. “Monitoring berkelanjutan diperlukan. Proses produksinya harus dikawal agar hasilnya sama,” tandasnya.(***)