Pembangunan Budaya Sering Abai Libatkan Masyarakat

photo author
DNU
- Rabu, 15 November 2023 | 04:53 WIB
Budayawan Sumsel Vebri Al-Lintani ditengah kegiatan inspiratif mahasiswa modul Nusantara dibawah koordinasi dosen Dr. Dedi Irwanto di Roca Cofee & Resto Demang Lebar Daun, Senin (13/11/2023) di tengah 23 orang mahasiswa modul kelompok Eksplorasi Peradaban Sriwijaya (dok)
Budayawan Sumsel Vebri Al-Lintani ditengah kegiatan inspiratif mahasiswa modul Nusantara dibawah koordinasi dosen Dr. Dedi Irwanto di Roca Cofee & Resto Demang Lebar Daun, Senin (13/11/2023) di tengah 23 orang mahasiswa modul kelompok Eksplorasi Peradaban Sriwijaya (dok)

“Orang harus sadar bahwa kebudayaan dan berbagai pembangunan fisik adalah dua hal yang sesungguhnya erat terkait. Keduanya saling terkait dan mempengaruhi, dimana laju pembangunan fisik dan perubahan kebudayaan mestinya membentuk perkembangan dan peradaban masyarakat maju kedepannya. Sehingga kebudayaan merupakan matras dari peradaban dalam pembangunan fisik.

Baca Juga: Gedung Kesenian Palembang Hidupkan Gairah Berkesenian

Namun dalam banyak kasus kebudayaan sering dianggap program atau proyek pemerintah semata. Akibatnya, pembangunan acapkali tidak sesuai dengan karakteristik budaya masing-masing. Bahkan pembangunan fisik budaya yang dilakukan acapkali mengangkangi sejarah budaya suatu masyarakat,” kata pria kelahiran daerah Lintang, 14 Februari 1967 ini.

Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat menurutnya harus berbasis budaya tidak dapat direduksi sebagai proyek fisik semata tanpa melakukan revitalisasi makna budaya dan sejarah dari suatu lokalitas.

“Menurut saya ketika ini terjadi kritik harus dilayangkan kepada proyek pemberdayaan yang kurang berbasis budaya dan hanya mengutamakan komersialisasi. Harusnya berbagai proyek-proyek budaya termasuk misalnya festival budaya mestinya tidak mengabaikan sumber daya budaya dari masyarakat lokal setempat," paparnya.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Balai Pertemuan Harus Dimanfaatkan sebagai Gedung Kesenian Palembang

"Suara-suara seperti inilah yang harus dimiliki oleh suatu komunitas atau masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dan ini sangat dibutuhkan dari adik-adik yang sekarang duduk dibangku kuliah saat ini. Agar pembangunan budaya tepat sasaran bagi masyarakat pendukungnya,” tambahnya.

Vebri  juga mengatakan berdasarkan panggilan hati nurasi. Ia berjuang agar budaya dan sejarah tidak diabaikan dalam pembangunan di Sumatera Selatan.

Seringkali dalam perjuangan budaya ini Budayawan Sumsel Vebri Al-Lintani membentuk berbagai komunitas untuk lantang menyuarakan pembangunan budaya.


Perjuangan budaya ini menurutnya baik dalam kritik halus terhadap pemerintah, maupun meningkatkan kehidupan sejarah, budaya dan seni di Sumatera Selatan.

Misalnya, dalam menghidupkan kegiatan teather ia mendirikan kelompok Graha 176 dan teater Gaung.

Baca Juga: Ratu Dewa: Siap Back Up Sepenuhnya Pembenahan Gedung Kesenian Palembang

Demikian juga dalam merevitalisasi sastra tutur dan musik etnis di Sumatera Selatan agar diminati banyak orang. Budayawan Sumsel Vebri Al-Lintani membentuk group Orkes Rejung Pesirah.

Selain itu Budayawan Sumsel Vebri Al-Lintani dalam menarasikan budaya, sejarah dan seni Sumatera Selatan menulis berbagai buku adat perkawinan, tari tradisional, sastra tutur, dulmuluk, gelar adat kebangsawan yang berbasis lokal Sumatera Selatan.

“Kita tidak sadar, bahwa di balik keberagaman budaya di Indonesia ada banyak persoalan dalam pembangunan kebudayaan yang mengarah pada ketidakselarasan dengan masyarakat lokal setempat. Dan para pejuang budaya harus tampil meluruskan agar pembangunan budaya tepat sasaran,” katanya.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X