Literasi Dulmuluk
Kalau di tangga takat itu kayaknya bagus namanya Kampung Literasi Dulmuluk. Selaras dengan program pemerintah.
Menurut Anwar Putra Bayu, sejarah harus mengakui Wan Bakar lah yang mengenalkan Syair Abdul Muluk kepada masyarakat Tangga Takat. Zaman dia buku adalah barang mewah. Keinginan berbagi cerita, maka Wan Bakar membacanya.
Karena orang palembang masa itu cerdas, maka teks diubah menjadi lisan. Maka jadilah dulmuluk dari tradisi tulis ke tradisi lisan. Karena masyarakat pendukungnya kuat, maka dia jadi tradisi.
"Intinya adalah dunia tulis dan dunia baca (dilisankan) bisa masuk pada konsep literasi masa lalu. Hanya saja, harus serius menggarapnya. Saya pernah menulis di Sripo 'Antara Wan Bakar dan Rendra' tahun 1990 an," tambahya.
Betapa pentingnya peran Wan Bakar. Anwar Putra Bayu melihat banyak penelitian Dulmuluk hanya mengulang-ulang yang sudah ada, dengan tanpa turun ke lapangan, hasilnya copy paste. Ini yang perlu di riset ulang.
"Di tempat asalnya, Tanjung Pinang orang tak mengenal teater Dulmuluk kecuali Mak Yong. Intinya, masyarakat Palembang lebih pandai membaca. Begitu aja lur. UIN hanya ibu Latifah yang meneliti Dulmuluk soal Siti Zubaidah, lakon alternatif pada teater Dulmuluk,' tambahnya.