Penggiat Dulmuluk, Randi Putra Ramadan, Main Juga Irama Batanghari Sembilan

photo author
DNU
- Senin, 25 Desember 2023 | 09:21 WIB
Randi, mengenakan rompi hitam, ikut aktif dalam pembahasan kampung dulmuluk (dok)
Randi, mengenakan rompi hitam, ikut aktif dalam pembahasan kampung dulmuluk (dok)

Namun seiring berkembangnya zaman, dan semakin modernnya peradaban manusia maka kesenian teater Dul Muluk semakin ditinggalkan. Terutama, ketika di tahun-tahun organ tunggal mulai merebak.

Skill teaternya, selain didapat dari Dulmuluk juga didapatnya dari teater di sekolah, baik SMP maupun SMA. Yang paling banyak dan saya mulai sangat aktif di Dulmuluk itu, antara tahun 2002 hingga 2007.

“Sampai-sampai terkadang sering telat ke sekolah, Karena memang pementasan itu biasanya dimulai setelah Isya sampai sekitar jam 02-00 WIB. Jadi sekitar 6-7 jam setiap mentas,” ujarnya.

Honornya, berkisar Rp 15.000 sampai pernah Rp 25.000 per orang.

“Kalau untuk makan, biasanya dapat dari tuan rumah. Lumayan, idak cukup honornyo tuh,” ujarnya berseloroh. Kondisi ini pulalah yang membuat dirinya dipaksa menyesuaikan diri.

Baca Juga: Resmikan Penggunaan Gedung Kesenian Palembang

Karena itulah, saat duduk dibangku SMP, dia sempat menjadi kernet angkot. "Bergantungan di pintu angkot, waktu itu jurusan Ampera-Plaju," paparnya mengingat 

Setamat SMA, dia bekerja di Studio Musik. Sesekali, dengan kebijakan pemilik studio, dia tetap main Dulmuluk.

Walau memang sudah agak berkurang. Ayahnya sendiri ketika mulai sepi tanggapan, merapat ke instansi-instansi.

Dan sering diminta tampil untuk meramaikan kegiatan-kegiatan tertentu. Dan itu bertahan hingga sekarang.

Di Studio yang beralamat di Kancil Putih, sempat ngeband bersama teman-temannya, Madan, Aldo, Arif, Rahmat, dan Catur.

Randi sendiri menjadivokalis. Band Piramid ini, sempat ikut perlombaan di Bandung, dan masuk 10 besar. Sempat bergabung di label. Sayang ternyata merupakan jaringan mafia. Akhirnya mereka kembali ke Palembang dan band itupun bubar.

Untuk urusan musik, Randi sendiri ternyata sempat menikmati profesi pengamen, di seputaran GOR Sriwijaya, yang waktu itu halamannya dibuka untuk tempat kuliner malam hari. Akhirnya, dia pun melanjutkan pendidikan strata 1 di Universitas PGRI Palembang, mengambil jurusan musik.

Setamat itu sempat menjadi guru di Sekayu, di SMPN 6 Unggulan sebagai guru kesenian dan Eskul. Namun, jiwa mudanya tak mampu mengunci dirinya menghilang di dunia pendidikan. Dan, hanya setahun, dia disebut menghilang, lalu kembali ke habitatnya. Ke dunia musik dan Dulmuluk.

Ketika pandemi merebak, maka jurus rekondisinya pun seakan terusik. Protokol kesehatan yang membatasi aktivitas, membuat Dulmuluk dan juga petikan gitarnya menjadi tersendat. Mau menampilkan Dulmuluk di daring dengan 15-20 pemain dengan durasi cerita yang panjang, tentu tidak memungkinkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X