Baca Juga: Gedung Kesenian Palembang Hidupkan Gairah Berkesenian
Karenanya dia pun mengubah format Dulmuluk menjadi seperti sketsa yang pendek dan singkat, dengan durasi sekitar 3 sampai 5 menit. Kostum dan peran, tetap digunakan. Tapi cerita dimodifikasi sedemikian rupa.
Hingga kini, sedikitnya sudah ada empat cerita yang dimainkan bersama dua temannya, Wong Gerot dan Wak Soleh.
Sejak SD, Randi yang sempat tiga kali pindah sekolah, dari SDN 129 Lebak Keranji, Lalu SDN 96 Balap Sepeda, dan SDN 438 Plaju, sudah terbiasa bermain di istana negeri Barbari. Nama negeri cerita Dulmuluk bergulir.
Berlanjut kemudian, cerita itu kemudian dimainkan oleh teater-teater tradisional. Termasuklah, Harapan Jaya milik ayah Randi. Atau Melati Jaya, Udin Kinjeng. Karunia, pimpinan Rustam. Begitu juga Citra Mandiri, Mat Gobok.
Sempat ikut kegiatan mentas daring yang dibiayai oleh Kemendikbud, lalu juga dibiayai Diknas Sumatera Barat.
Dan terakhir, dengan dana guliran dari Bank Indonesia, mementaskan lakon Dulmuluk dengan melibatkan tiga grup Dul Muluk lainnya, Melati Jaya dan Karunia.
Baca Juga: Duet Milenial Batanghari Sembilan, Randi dan Rosa, Ini dia orangnya
“Itu semua merupakan bagian dari jurus dan rekondisi yang bisa saling menyesuaikan,” ujar Randi yang kini juga menguasai irama batanghari sembilan.
“Saya dapat ilmu petikan irama batanghari sembilan, dari bangku kuliah, karena ada mata kuliah khusus untuk itu. Ada lagu yang terbilang wajib, yakni Tiga Serangkai.
Jadilah kini, Randi pun dikenal, sebagai pemetik gitar tunggal Irama Batanghari sembilan. Diantara yang sedikit, Randi kini termasuk generasi milenial pelestari Dulmuluk dan Irama Batang Hari Sembilan.
Kalau di panggung, saat membawakan irama batanghari sembilan, Randi biasanya mengajak Rosa Indiana. Sebagai penembang Batanghari Sembilan milenial, pasangan ini cukup familiar di panggung-panggung.