Selain itu, busana adat ini juga bisa dipadukan dengan kebaya modern yang menggunakan model baju kurung.
Pakaian adat Aesan Gede dan Aesan Paksangko di zaman dahulu hanya dikenakan oleh kalangan Raja dan Permaisuri saja.
Namun saat ini kita bisa menjumpai penggunaan pakaian ini di acara upacara pernikahan atau acara adat. Pada acara pernikahan pengantin pria dan pengantin wanita dirias serta mengenakan aksesoris sedemikian rupa layaknya seperti seorang Raja dan Ratu.
Aesan Gede adalah pakaian adat masyarakat Sumatera Selatan yang biasa dipergunakan dalam upacara pernikahan.
Aesan berarti perhiasan, sementara gede bermakna nenek atau leluhur. Penamaan Aesan gede berkaitan dengan julukan Sumatera sebagai swarnadwipa atau pulau emas.
Indikasinya terlihat dari beberapa kelengkapan yang dikenakan, yaitu berupa perhiasan bercitrakan keemasan. Pakaian ini termasuk salah satu jenis kain songket yang dahulu sering dipergunakan para kaum bangsawan.
Pakaian ini dikenakan pada upacara adat pernikahan karena melambangkan kebesaran orang yang mengenakannya.Aesan gede dipakai pada acara munggah, yaitu salah satu puncak upacara adat pernikahan yang harus dijalankan oleh kedua mempelai.
Unsur Hindu Budha sendiri terkandung pada pakaian adat aesan gede. Aesan gede berasal dari Kerajaan Sriwijaya yang menganut kepercayaan Hindu-Budha.Hal ini terbukti bahwa Bukit Siguntang di kawasan Bukit Kecil merupakan tempat pemujaan atau tempat beribadah umat Hindu-Budha pada saat itu.