KetikPos.com -- Seni songket, kekayaan tradisional yang menghiasi Palembang, tidak hanya sekedar kain yang indah, tetapi juga sebuah karya seni yang memerlukan keahlian dan keberlanjutan.
Di balik keanggunan benang yang saling merajut, terdapat proses rumit yang dimulai dari tahap menyungkit atau membuat motif.
Sayangnya, keberlanjutan tradisi ini terancam karena pengetahuan dan keterampilan ini hanya diturunkan secara terbatas.
Keindahan Awal: Proses Menyungkit atau Membuat Motif
Tidak semua orang bisa melakukan proses menyungkit, sebuah tahap awal yang menentukan bentuk akhir dari motif songket.
Di Sumsel, khususnya di perkampungan tradisional seperti Tanggabuntung dan 3-4 Ulu Palembang, hanya sejumlah kecil orang yang memiliki keahlian ini.
Salah satu dari mereka adalah Ita Diana, seorang penjaga tradisi yang berharga.
Menjelajahi Sejarah: Pengalaman Ita Diana sebagai Penyungkit Songket
Ita Diana, wanita kelahiran Palembang, menerima warisan ini dari neneknya, Nenek Imah.
Perjalanan belajarnya bukanlah hal yang mudah, dan dia harus melepaskan kesempatan sekolahnya untuk mendalami seni tradisional ini.
Namun, bagi Ita, keberuntungan itu tak ternilai harganya, dan kini dia menjadi salah satu penjaga tradisi songket di Palembang.
Proses Pembuatan Songket: Lebih dari Sekadar Menenun
Menurut Ita, desain songket tidak hanya tentang menenun benang, melainkan dimulai dari proses menyungkit atau membuat motif.
Desain motif yang rumit, seperti teretes, hiasan pinggiran, tawur, rebung, apit, rumpak, ombak, kembang/tumpal, menentukan keindahan akhir dari kain songket.
Proses ini membutuhkan ketelatenan dan keterampilan tinggi, serta keahlian dalam memilih dan menggabungkan warna dan motif.
Motif Songket: Menjaga Keunikan dan Tradisi
Motif songket tidak sembarangan dipilih. Ada sejumlah motif khas yang diterapkan, seperti teretes, tawur, rebung, dan kembang/tumpal.
Motif ini memberikan karakteristik tertentu pada songket dan seringkali memiliki makna dan simbolisme tersendiri.