Koleksi mata uang zaman VOC, Hindia-Belanda, dan Jepang (ORI) menjadi saksi bisu pertumbuhan dan perubahan di masa lalu.
Membaca Arsitektur dan Filosofi
Arsitektur Monpera bukanlah sekadar kombinasi batu dan semen. Setiap elemen arsitekturnya memancarkan filosofi dan makna mendalam.
Baca Juga: Peringatan Perang 5 Hari 5 Malam Diizinkan di Gedung Kesenian Palembang
Melalui desain bunga melati dan bilangan yang mencolok, Monpera mengajak kita merenung pada momen-momen penting sepanjang perjalanan bangsa ini.
Dua menara tank dan patung Gading Gajah bercat putih di lapangan Monpera menyiratkan kegigihan dan keteguhan hati pejuang dalam menghadapi tantangan.
Delapan lantai dan 45 bidang memberikan dimensi waktu dan makna pada perjalanan panjang perjuangan bangsa.
Memahami Fungsi Monpera
Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Bagian Selatan ini tak hanya menjadi struktur fisik. Fungsinya lebih jauh, menggali kembali kesadaran sejarah perjuangan dan menegaskan komitmen untuk menjaga kebersamaan dalam meraih cita-cita bangsa.
Monpera menjadi penjaga memori, mengingatkan aktivitas perjuangan masa lalu agar tetap menjadi suri tauladan bagi generasi yang akan datang.
Kenangan Hidup di Monpera
Sejak diresmikan pada 1988, Monpera menjadi saksi perjalanan hidup dan perubahan Palembang.
Baca Juga: Destinasi Wisata yang Cocok untuk Bulan Madu
Momen-momen bersejarah, seperti gencatan senjata setelah lima hari lima malam yang dramatis pada tahun 1947, terus dihidupkan dan disampaikan melalui Monpera.
Sebagai destinasi pariwisata sejarah, Monumen Perjuangan Rakyat Palembang menarik wisatawan dari berbagai penjuru.
Dalam setiap sudutnya, terdapat kisah, makna, dan semangat perjuangan yang tak ternilai.
Semoga Monpera tetap bersinar sebagai cahaya sejarah, mencerahkan generasi masa kini dan mendatang tentang pentingnya perjuangan dan kemerdekaan.
Kini, Monpera pengelolaannya ditangnai Pemerintah Provinsi Sumsel melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Letaknya cukup strategis diantara destinasi wisata di Palembang. Yakni di antara Masji Agung Palembang, Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak, dan Sungai Musi. Termasuk di antaranya, Museum SMB II.