KetikPos.com -- Masyarakat Indonesia, khususnya yang bermukim di wilayah yang kaya akan tradisi seperti Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, memiliki seni tembang yang tak hanya melodi, tetapi juga merentangkan emosi dan kehidupan.
Rejung, sebuah bentuk seni yang terwujud melalui gerigik bambu, menjadi ungkapan perasaan yang mendalam tentang diri sendiri maupun keadaan masyarakat sekitar.
Rejung: Puitisasi Perasaan dalam Nada dan Lirik
Rejung bukanlah sekadar tembang biasa; ia adalah puitisan perasaan yang diungkapkan melalui harmoni nada dan lirik yang meresap.
Dalam setiap tembangnya, Rejung menciptakan atmosfer yang mendalam dan mengundang pendengar untuk merenung, menghayati, dan terkadang ikut serta dalam riuh rendahnya emosi yang diungkapkan.
Pemilihan kata-kata dalam lirik Rejung mencerminkan kedalaman pikiran, pengalaman, dan kebijaksanaan lokal.
Ia menjadi saluran yang memungkinkan penutur Rejung untuk berbagi cerita hidup, kebijaksanaan nenek moyang, dan pandangan terhadap keadaan sekitar.
Gerigik Bambu: Simbol Sederhana dengan Makna Mendalam
Keistimewaan Rejung juga terletak pada instrumen sederhana yang digunakan: gerigik bambu.
Gerigik, yang biasanya dikenal sebagai tempat air tradisional dari bambu, menjadi medium yang unik untuk menciptakan melodi yang mendalam.
Dari sana, terciptalah suara yang lembut, merdu, dan khas, yang mengalirkan kehangatan ke setiap tembang Rejung.
Gerigik bambu bukan hanya instrumen; ia adalah simbol kehidupan dan keberlanjutan. Sebagai bagian dari alam, bambu dianggap sebagai sumber kehidupan yang melimpah, dan penggunaannya dalam Rejung menciptakan hubungan erat antara seni tembang ini dengan alam dan kearifan lokal.
Peran Rejung dalam Acara Hajatan dan Berkabung
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.