Rumah kayu, dengan fondasi yang kokoh dari kayu pulai, menjadi tempat ibadah bagi komunitas ini.
Baca Juga: Rumah Kapitan Tan di Bogor, Terkait juga dengan Kuliner Asinan Gedong Dalam
Sementara rumah batu, dengan ukurannya yang luas dan arsitektur yang kental dengan pengaruh Tionghoa, Melayu, dan Eropa-Belanda, digunakan untuk pertemuan dan pesta.
Setiap detail dalam arsitektur bangunan ini mencerminkan perpaduan harmonis dari ketiga budaya tersebut.
Namun, pesona Kampung Kapitan tidak hanya terletak pada bangunan-bangunannya.
Baca Juga: Kampung Kapitan: Harmoni Budaya di Pinggir Sungai Musi
Di balik dinding-dinding yang bersejarah, terdapat kisah hidup dan perjuangan para keturunan kapiten yang masih menjaga dan merawat tempat ini dengan penuh cinta.
Meskipun tergolong rapuh, kedua rumah tua ini telah dijadikan cagar budaya dan mendapat perbaikan demi mempertahankan warisan yang mereka bawa.
Tak heran jika Kampung Kapitan telah ditetapkan sebagai lokasi wisata oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2008.
Baca Juga: Menparekraf Apresiasi Lomba Cipta Lagu Daerah Nusantara Gali Potensi Kreatif Musisi Daerah
Keindahan dan kekayaan sejarah yang terpampang di sini menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang melangkah di sini.
Menginjakkan kaki di Kampung Kapitan adalah seperti melakukan perjalanan melintasi waktu, merasakan hembusan angin masa lalu yang masih terasa segar hingga saat ini (***)
Artikel Terkait
Kampung Kapitan: Harmoni Budaya di Pinggir Sungai Musi
Wisata Sejarah dan Keunikan Budaya di Kampung Kapitan Palembang
Rumah Kapitan Tan di Bogor, Terkait juga dengan Kuliner Asinan Gedong Dalam
Sekilas Tentang Sejarah Kampung Kapitan