KetikPos.com --Diskusi bertajuk "Ekosistem Teater di Sumatera Selatan (Sumsel)" berlangsung di Gedung Kesenian Palembang pada Sabtu, 29 Juni.
Dalam acara tersebut, berbagai pihak berpendapat bahwa ekosistem teater di Sumsel harus terus dibangun agar tetap hidup, berkembang, dan berkesinambungan.
Diskusi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam ekosistem teater di Indonesia.
Wakil Ketua Penastri, Metron Masdison SS, menjelaskan bahwa diskusi ini merupakan bagian dari program yang telah diadakan di 18 kota secara daring.
Kini, diskusi dilakukan secara luring di empat kota, yaitu Banjarmasin, Palembang, Ternate, dan Kendari.
Menurut Metron, tujuan utama diskusi ini adalah untuk memetakan isu-isu terkait teater di berbagai daerah di Indonesia.
Kegiatan ini didukung oleh Dana Indonesiana dan bekerja sama dengan Dewan Kesenian Palembang, Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya, serta Studio Hanafi.
Hasan M. Sn., Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP), mengungkapkan bahwa acara ini merupakan kerjasama antara DKP dan Perkumpulan Nasional Teater Indonesia (Penastri).
Hasan menilai bahwa iklim teater di Palembang telah berjalan, meskipun kadang bergerak lambat dan kadang cepat. Ia menekankan pentingnya dorongan dan pembangunan yang berkelanjutan agar teater di Sumsel dapat terus berkembang.
Hasan juga menyoroti peran pemerintah yang harus terus didorong untuk mendukung ekosistem teater.
Salah satu pelaku seni dan teater di Sumsel, Vebri Al Lintani, menekankan pentingnya berbagai indikator yang menunjang ekosistem teater, seperti kebijakan pemerintah, infrastruktur, dan regulasi.
Menurut Vebri, regulasi yang baik akan mendukung ekosistem teater.
Selain itu, Vebri juga menyoroti pentingnya SDM di instansi terkait yang memiliki pemahaman terhadap teater.
Ia mengungkapkan bahwa selama ini seni teater kurang mendapat perhatian dibandingkan seni tradisional lainnya seperti musik dan tari. Vebri berharap adanya perubahan paradigma ini.