Fungsi dan Peran Lawang Borotan
Sebagai bagian dari sistem pertahanan kota, Lawang Borotan memiliki peran penting dalam menjaga keamanan pusat pemerintahan dan istana Sultan, yang berlokasi di dalam Benteng Kuto Besak.
Pintu ini mungkin digunakan oleh prajurit atau pengawal Sultan untuk operasi rahasia atau pergerakan pasukan selama masa perang.
Pada abad ke-18 dan ke-19, ketika Palembang menghadapi serangan dari kekuatan kolonial Belanda, Lawang Borotan menjadi salah satu gerbang strategis yang terlibat dalam perlawanan.
Benteng Kuto Besak dan Lawang Borotan
Lawang Borotan adalah bagian dari kompleks Benteng Kuto Besak, benteng besar yang dibangun pada tahun 1797 di tepi Sungai Musi.
Benteng ini berfungsi sebagai pusat kekuasaan Kesultanan Palembang dan memiliki beberapa pintu gerbang serta jalur rahasia, termasuk Lawang Borotan.
Kompleks benteng ini berfungsi sebagai benteng pertahanan utama dan menjadi pusat pemerintahan serta tempat tinggal Sultan.
Lawang Borotan dipercaya menjadi pintu yang menghubungkan benteng dengan wilayah luar kota, memungkinkan akses cepat ke Sungai Musi.
Sebagai jalur keluar masuk yang mungkin bersifat rahasia, pintu ini memainkan peran kunci dalam mempertahankan kota dari serangan musuh, khususnya dari arah sungai.
Peran dalam Konflik dengan Belanda
Menurut Sejarawan Dr Dedi Irwanto, Kesultanan Palembang mengalami beberapa kali konflik dengan kolonial Belanda pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Salah satu peristiwa penting adalah Perang Palembang II pada tahun 1821, ketika Sultan Mahmud Badaruddin II terpaksa menyerah kepada Belanda setelah perlawanan panjang.
Selama konflik ini, Benteng Kuto Besak dan Lawang Borotan memainkan peran penting dalam mempertahankan kota dari invasi Belanda.
Meskipun Palembang akhirnya jatuh ke tangan Belanda, situs-situs pertahanan seperti Lawang Borotan tetap menjadi saksi bisu dari perlawanan tersebut.
Penurunan Fungsi Setelah Kolonial
Setelah Palembang jatuh ke tangan Belanda, fungsi Lawang Borotan sebagai jalur pertahanan strategis perlahan menurun.
Banyak struktur pertahanan Kesultanan yang dialihfungsikan atau diabaikan oleh kolonial Belanda. Namun, nilai historis Lawang Borotan tetap terjaga dalam ingatan masyarakat lokal sebagai bagian dari warisan budaya kota.
Revitalisasi dan Potensi Pengembangan Wisata
Saat ini, Lawang Borotan mulai dilirik kembali sebagai bagian dari upaya revitalisasi situs-situs bersejarah di Palembang. Pemerintah kota, di bawah kepemimpinan Pj Walikota Palembang Ucok Damenta, merencanakan untuk mengembangkan Lawang Borotan sebagai bagian dari paket wisata sejarah yang terintegrasi dengan Benteng Kuto Besak, Gedung Kesenian, kawasan Sekanak, Balai Prajurit, dan Kantor Ledeng.