"Jangan sampai kita bicara soal promosi pariwisata, tapi lupa bahwa regulasi dan standar keselamatan tidak terpenuhi. Jika ada sesuatu yang terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab?" katanya dengan nada tajam.
Jembatan Ampera: Ikon Wisata atau Titik Tragedi?
Lebih jauh, Rubi mengingatkan pemerintah untuk tidak hanya fokus pada Menara Ampera, tetapi juga memperhatikan kondisi keamanan di sekitar Jembatan Ampera.
Ia mengkritik minimnya pengawasan di area tersebut, yang sering menjadi lokasi aksi bunuh diri dan rawan tindak kriminal.
Baca Juga: Jembatan Ampera Palembang Jadi Wadah Kumpul Anak Muda Rayakan Tahun Baru dengan Pesta Kembang Api
"Jembatan Ampera seharusnya menjadi ikon wisata yang aman dan nyaman. Tapi kenyataannya, lebih sering dikaitkan dengan peristiwa tragis.
Apakah ada petugas yang rutin berjaga untuk memberikan rasa aman bagi wisatawan?
Justru banyak laporan pengunjung yang merasa was-was karena parkir di sekitar area itu tidak tertata dengan baik dan rawan pungli," ungkapnya.
Baca Juga: Tower Ampera dan Hiburan Rakyat: Palembang Siap Sambut Tahun Baru 2025 dengan Atraksi Spektakuler
Sebagai solusi, ia mendesak pemerintah untuk lebih dulu menata ulang area parkir di bawah dan sekitar Jembatan Ampera, serta menindak tegas praktik pungli dan premanisme yang meresahkan pengunjung.
"Negara tidak boleh kalah dengan praktik semacam ini. Jika pemerintah serius ingin mengembangkan wisata Sungai Musi, harus ada langkah nyata untuk menertibkan kawasan ini terlebih dahulu," katanya.
Rubi menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa tanpa kajian mendalam, pembukaan Menara Ampera hanya akan menjadi proyek tanpa arah yang berisiko menambah daftar panjang fasilitas publik yang gagal dioptimalkan.
"Sebelum Menara Ampera dibuka, pemerintah harus benar-benar memastikan bahwa ini bukan sekadar proyek coba-coba, melainkan sesuatu yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan pariwisata Kota Palembang," pungkasnya. (*)