Puisi "Palembang Tak Maling Rendang": Seruan Bangga dan Amarah dari Indah Rizky Ariani Mujyaer

photo author
DNU
- Kamis, 27 Maret 2025 | 10:13 WIB
indah Re izky Ariani, Selebgram Palembang membacakan puisi yang ditulisnya sendiri di Bukber Pengurus DKP Rabu (26/3/2025) di Guns Cafe (Dok)
indah Re izky Ariani, Selebgram Palembang membacakan puisi yang ditulisnya sendiri di Bukber Pengurus DKP Rabu (26/3/2025) di Guns Cafe (Dok)

 

KetikPos.com– Sebuah puisi yang ditulis dan dibacakan oleh selebgram Indah Rizky Ariani Mujyaer menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Puisi bertajuk "Palembang Tak Maling Rendang" ini muncul sebagai bentuk respons terhadap kontroversi yang melanda Palembang setelah unggahan viral influencer Willie Salim tentang bagi-bagi rendang dan kolak duren.

Baca Juga: Bukber Penuh Makna: Pengurus DKP 2024-2029 Mantapkan Langkah, Perda Kesenian Jadi Harapan
Puisi ini dibacakan spontan di acara Bukber dan silaturahmi Pengurus DKP di Guns Cafe, Rabu (26/3/2025).

Puisi ini menurut Indah, masih hangat karena selesai ditulis dua jam sebelum dibacakan pertama kali.

"Ada tetesan air mata yang mengalir dengan sendirinya, saat menuliskan bait demi bait puisi yang menggambarkan hancurnya nama Palembang saat ini," tutur Indah sebelum membacakan puisi tersebut.

Puisi ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi sebuah manifestasi kebanggaan dan kemarahan. Dalam bait-baitnya, Indah menggambarkan kejayaan dan keteguhan Palembang, sebuah kota tua berusia 13 abad yang telah melewati berbagai peristiwa besar, dari kejayaan Sriwijaya hingga modernisasi di bawah ikon-ikon seperti Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak.

Namun, puisi ini juga menyuarakan kekecewaan mendalam. Indah menolak keras label negatif yang dilekatkan pada masyarakat Palembang akibat narasi viral yang menggambarkan warganya sebagai rakus, anarkis, dan pengemis.

"Palembang tak maling rendang, jangan kau coreng kota ini dengan narasi murahan."


Dalam puisinya, ia secara langsung menyebut Willie Salim, mengkritik bagaimana kontennya memicu kegaduhan yang berujung pada stigma buruk terhadap warga Palembang.

Ia menyinggung bagaimana kejadian itu bukan sekadar aksi sosial, tetapi justru memancing orang berebut makanan demi konten viral.

Baca Juga: Sultan Palembang Kecam Konten Rendang Willie Salim: Pelecehan Budaya Semon Wong Palembang

"Hanya demi popularitas kontenmu semata,
katamu ingin kau sumbangkan?
Tapi kau berikan perintah untuk orang-orang berebutan."


Di akhir puisinya, Indah menegaskan bahwa Palembang bukan kota yang mudah tunduk. Ia mengingatkan bahwa jika ada pihak yang mencoba mengadu domba atau menjatuhkan martabat kotanya, masyarakat akan bersatu dan bangkit bersama.

"Sekali kau buat gaduh,
maka berarti semuanya bersatu."

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X