Tari Pesona Kaganga: Menari Bersama Aksara yang Hampir Terlupa  di Parade Bunyian

photo author
DNU
- Minggu, 3 Agustus 2025 | 09:58 WIB
tarian dari  Blok E Art, Kaganga di Parade Bunyian (dok)
tarian dari Blok E Art, Kaganga di Parade Bunyian (dok)

 

KetikPOs.com -- Komite Tari Dewan Kesenian Palembang menghidupkan kembali huruf ulu lewat gerak dan panggung.

Di balik gemerlap lampu panggung dan gemuruh tepuk tangan penonton, sebuah misi budaya sedang dijalankan: mengembalikan ingatan publik terhadap aksara kuno yang pernah menjadi denyut intelektual Sumatera Selatan—huruf ulu.

Saat membawakan tarian yang dikreasikan oleh Salwa Pratiwi, para penari tampil unik dan khas. Dalam balutan kostum bernuansa alam serta iringan musik lintas zaman, Tari Pesona Kaganga hadir bukan sekadar sebagai tontonan yang indah, melainkan sebuah pernyataan: warisan budaya tidak boleh hilang tanpa perlawanan.

Aksara Leluhur dalam Goresan Gerak

Huruf ulu—juga dikenal sebagai aksara kaganga (ka-ga-nga)—merupakan sistem tulisan asli masyarakat Uluan, seperti di daerah Lahat dan Empat Lawang. Dulu, aksara ini berjaya sebagai media komunikasi dan dokumentasi spiritual. Kini, ia nyaris dilupakan, tergeser oleh alfabet Latin dan derasnya arus digitalisasi.

 Melalui koreografi yang simbolik dan menyentuh, para penari menggambarkan transformasi zaman: dari tangan-tangan yang menorehkan tulisan di daun lontar, hingga generasi muda yang tak lagi mengenal bentuk huruf kaganga. Gerakan mereka membentuk siluet aksara, menjadi metafora visual bahwa kaganga belum benar-benar padam.

 Kolaborasi Artistik Komite Tari

 Karya ini dipentaskan oleh Komite Tari Dewan Kesenian Palembang di pelataran Lawang Borotan, Benteng Kuto Besak, dalam gelaran Parade Bunyian Part 4 yang digelar bersama Yayasan Kawan Lamo pada Sabtu, 26 Juli.

 Koreografer Salwa Pratiwi melahirkan karya ini dari riset budaya yang mendalam. Tim koreografer bekerja sama dengan budayawan serta pelestari huruf ulu untuk merancang gerak, kostum, dan musik yang bukan hanya estetis, tapi juga sarat makna.

 “Setiap gerakan kami harap mampu menggugah rasa penasaran dan kebanggaan terhadap huruf ulu,” ujar Salwa Pratiwi.

“Kami ingin penonton bertanya: huruf apa itu? Kenapa saya tidak mengenalnya?”

Pesan Advokasi di Balik Panggung

Lebih dari sekadar hiburan, Pesona Kaganga membawa misi advokasi budaya. Melalui pertunjukan ini, Dewan Kesenian Palembang mendorong integrasi aksara ulu dalam pendidikan, desain grafis, hingga seni digital.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X