Gerak tari yang halus namun intens menjadi alat kampanye budaya yang menyentuh—tidak memaksa, tetapi menyadarkan. Di setiap penampilan, tertanam harapan bahwa huruf ulu bisa kembali hidup, berevolusi di ruang modern tanpa kehilangan akar tradisinya.
Masa Depan Kaganga: Dari Gerak ke Digital
Langkah berikutnya, Komite Tari tengah menyiapkan dokumentasi multimedia berupa video interaktif, infografik, serta platform edukasi digital untuk memperkenalkan aksara kaganga kepada generasi muda.
Bersama komunitas seniman muda, mereka menciptakan ruang baru agar kaganga tak lagi dipandang sebagai aksara usang, melainkan simbol kebangkitan identitas lokal yang kaya dan penuh daya hidup.
Penampil Tari Pesona Kaganga:
Salwa Pratiwi
Rizki Pebriansyah
Mutiara Fryscha Chrisytha
Merawat Tradisi, Menjaga Kekinian
Ketua Komunitas Kawan Lamo, M. Fitriansyah, mengungkapkan bahwa Parade Bunyian Part 4 merupakan bagian dari perayaan HUT Kawan Lamo yang ke-8. Acara ini menampilkan berbagai karya seni dari beragam cabang, mulai dari musik, tari, teater, sastra, hingga seni rupa.
"Kedepan kita akan gagas kegiatan yang juga menghidupkan seni tradisi, khususnya musik dan musik modern," ujarnya didampingi Sekretaris Kawan Lamo, Anang Fitriansyah dan Ketua Panitia, Nandi.
Sementara Ketua DKP M Nasir menambahkan bahwa Parade Bunyian iini dimaksudkan mengawinkan seni tradisi dan modern.
Sehingga keberadaan seni tradisi tetap terpelihara dan seni modern juga tetap hadir dan dapat menghibur dan memberikan manfaat bagi masyarakat.