Kilau Kain Songket di Panggung Yogyakarta: Gadis-Gadis Palembang Menari, Warisan Budaya Bernyanyi

photo author
DNU
- Jumat, 8 Agustus 2025 | 00:17 WIB
Penari sedang beraksi di Rakernas JKPI, di Taman Budaya, Embong, Yogyakarta. (Dok)
Penari sedang beraksi di Rakernas JKPI, di Taman Budaya, Embong, Yogyakarta. (Dok)

 

KetikPos.com – Ketika langit Yogyakarta mulai memudar jingga, delapan gadis Palembang melangkah ke atas panggung di Taman Budaya Embongan, Kamis malam (7/8/2025)

Mereka tidak datang membawa senjata, tetapi dengan gerak gemulai, kain songket yang memesona, dan kisah warisan yang dibungkus dalam tarian: Gadis Tenun Songket.

Turut hadir menyaksikan penampilan tersebut:
Istri Wakil Wali Kota Palembang, Putri Azizah Prima Salam,
Sekda Aprizal Hasyim, Asisten II Isnaini Madani,Kepala Dinas Kebudayaan, M. Affan Prapanca, bersama Sekretaris Septa Marus, dan Kabid SDM Kms A Fadli, Kepala Kominfo Palembang Adi Jahri, juga Ketua & Sekretaris DKP, M. Nasir dan Faldi Leonardo, tampak juga pengurus lainnya Dr Kms Ari Panji dan Febri Zulian.

Tarian tenun songket, di Rakernas JKPI
Tarian tenun songket, di Rakernas JKPI (Dok)

Tarian ini bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah puisi gerak, hasil tangan dingin Muhammad Aril, seorang koreografer yang menangkap denyut tradisi dari helai demi helai benang emas.

Setiap liukan, setiap putaran tangan, adalah cerita tentang perempuan-perempuan Palembang yang bangun pagi, mandi di Sungai Musi, lalu menenun harapan pada seutas benang.

Baca Juga: Gelar Wisuda ke-46, Lishapsari: STISIPOL Candradimuka Makin Kuat dan Berdaya Saing

Delapan penari itu terbagi dalam dua kelompok:
Empat penari binaan Komite Tari Dewan Kesenian Palembang (DKP)

Destiawati, Nazwa Deri Apriliani, Solehatul Munika, dan Mutiara Fryscha Chrisshytha Larumunde

Empat lainnya dari Duta Budaya Cek Bagus Cek Ayu (CBCA)

Nys Jasmine Abdullah, Adinda Nazila Keyla, Felycia Alam Shah Putri, dan Salsabila Azhara

Tari Gadis Tenun Songket terdiri dari tiga babak laksana cerita dalam dongeng:

Pagi hari – sang gadis bangkit dari lelap, menyentuh air Musi yang bening.

Siang hari – benang-benang emas dipintal, motif-motif ditenun. Ada peluh di balik senyum.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X