Sore hari – hasilnya diangkat tinggi. Bukan sekadar kain, tapi kebanggaan, budaya, dan warisan.
Menurut sang koreografer, gerakan dalam tarian ini bukan hiasan semata. Mereka adalah bahasa. Setiap gerak mengandung makna – tentang kerja keras, kesabaran, dan cinta seorang gadis terhadap budayanya.
Seperti dikatakan oleh budayawan Vebri Al Lintani, gerakan tersebut merupakan gambaran khas Palembang, lahir dari kegiatan sehari-hari masyarakat yang sarat filosofi.
Setiap gerak, tentu mempunyai makna juga pesan yang dapat diterima bagi penikmatnya.
Sama halnya dengan gerakan yang ada pada sendratari tenun songket sehingga terdapat didalamnya mengandung pesan yang disampaikan melalui elemen-elemen didalam tariannya.
Dimana pada gerak tarian tenun songket itu
terdapat sebuah makna pada setiap gerakannya. Seperti yang dikatakan Vebri bahwa gerakan dalam sebuah tarian tenun songket itu merupakan sebuah gambaran, dimana dari ciri khas kebudayaan yang ada di Kota Palembang.
Baca Juga: Bahasa Indonesia Dikritisi di Rakernas JKPI: Ketua DKP Palembang Ingatkan Nasionalisme Kebahasaan
Gerakan-gerakan tersebut diambil ataupun diangkat dari kegiatan masyarakat kota Palembang yakni
para gadisnya yang menenun serta merupakan gambaran dari sebuah proses menenun, mulai dari langkah awalnya hingga proses akhir menenun.
Tarian tenun songket yang tidak hanya
mengandung unsur keindahannya saja, ia juga mengandung makna pada setiap gerakannya.
Tampil sebagai duta budaya dalam Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025, mereka membawa nama Palembang dengan anggun.
Baca Juga: Aesan Paksongko Menyapa Malioboro: Palembang Curi Perhatian di JKPI XI Yogyakarta
Dan ketika musik terakhir berhenti, bukan hanya penonton yang bertepuk tangan, tapi juga sejarah yang berbisik: