Kilau Kain Songket di Panggung Yogyakarta: Gadis-Gadis Palembang Menari, Warisan Budaya Bernyanyi

photo author
DNU
- Jumat, 8 Agustus 2025 | 00:17 WIB
Penari sedang beraksi di Rakernas JKPI, di Taman Budaya, Embong, Yogyakarta. (Dok)
Penari sedang beraksi di Rakernas JKPI, di Taman Budaya, Embong, Yogyakarta. (Dok)

Sore hari – hasilnya diangkat tinggi. Bukan sekadar kain, tapi kebanggaan, budaya, dan warisan.

Penari dan Pengurus
Penari dan Pengurus (Dok)

Menurut sang koreografer, gerakan dalam tarian ini bukan hiasan semata. Mereka adalah bahasa. Setiap gerak mengandung makna – tentang kerja keras, kesabaran, dan cinta seorang gadis terhadap budayanya.

Seperti dikatakan oleh budayawan Vebri Al Lintani, gerakan tersebut merupakan gambaran khas Palembang, lahir dari kegiatan sehari-hari masyarakat yang sarat filosofi.

Baca Juga: Di Yogyakarta, Wali Kota Palembang Tegaskan Komitmen Jaga Warisan Pusaka: “Lestari Budayaku, Jendela Peradaban Dunia”

Setiap gerak, tentu mempunyai makna juga pesan yang dapat diterima bagi penikmatnya.

Sama halnya dengan gerakan yang ada pada sendratari tenun songket sehingga terdapat didalamnya mengandung pesan yang disampaikan melalui elemen-elemen didalam tariannya.

Dimana pada gerak tarian tenun songket itu
terdapat sebuah makna pada setiap gerakannya. Seperti yang dikatakan Vebri bahwa gerakan dalam sebuah tarian tenun songket itu merupakan sebuah gambaran, dimana dari ciri khas kebudayaan yang ada di Kota Palembang.

Baca Juga: Bahasa Indonesia Dikritisi di Rakernas JKPI: Ketua DKP Palembang Ingatkan Nasionalisme Kebahasaan

Gerakan-gerakan tersebut diambil ataupun diangkat dari kegiatan masyarakat kota Palembang yakni
para gadisnya yang menenun serta merupakan gambaran dari sebuah proses menenun, mulai dari langkah awalnya hingga proses akhir menenun.

Tarian tenun songket yang tidak hanya
mengandung unsur keindahannya saja, ia juga mengandung makna pada setiap gerakannya.

Penari dan pengurus DKP
Penari dan pengurus DKP (Dok)

Tampil sebagai duta budaya dalam Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025, mereka membawa nama Palembang dengan anggun.

Baca Juga: Aesan Paksongko Menyapa Malioboro: Palembang Curi Perhatian di JKPI XI Yogyakarta

Dan ketika musik terakhir berhenti, bukan hanya penonton yang bertepuk tangan, tapi juga sejarah yang berbisik:

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X