KetikPos.com – Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Sumatera Selatan bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya (UNSRI) menggelar kegiatan Bedah Buku bertajuk “Membaca Dunia, Menulis Makna: Bedah Buku sebagai Jendela Literasi Kritis”. Acara yang berlangsung di Aula Prof. Djuaini Mukti, Gedung UPT Bahasa UNSRI Bukit Besar Palembang ini menjadi ruang dialog sastra yang mempertemukan penulis, akademisi, seniman, serta mahasiswa lintas kampus di Sumatera Selatan.
UNSRI Sambut Tradisi Literasi Kritis
Acara dibuka oleh Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.Pd., mewakili Dekan FKIP UNSRI Dr. Hartono, M.A. Dalam sambutannya, Prof. Eko menekankan pentingnya tradisi literasi di kampus.
“UNSRI dan HISKI adalah mitra lama. Bedah buku ini penting karena bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan dosen untuk giat menulis. Sastra bukan hanya bacaan, tetapi cermin kehidupan,” ujarnya.
Tujuan: Membaca Lebih Dalam
Ketua Pelaksana, Dr. Yenny Puspita, M.Pd., menjelaskan kegiatan ini dirancang untuk mengasah keterampilan literasi kritis melalui apresiasi dan diskusi karya sastra.
“Kami ingin mahasiswa dan dosen terbiasa membaca dengan kritis, menganalisis pesan yang ada di dalam karya, dan menumbuhkan tradisi bedah buku dalam komunitas. Hari ini, lebih dari seratus peserta hadir, mulai dari penggiat sastra, akademisi, hingga mahasiswa dari berbagai universitas di Sumsel. Ini menunjukkan semangat literasi kita masih hidup,” tegasnya dalam acara bedah buku yang dihadiri dan diikuti mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Sriwijaya, Universitas PGRI Palembang, Universitas Muhamadiyah Palembang, Universitas Bina Darma, Uniski, dan Universitas Tridinanti. Juga peserta dari beberapa komunitas literasi.
HISKI Sumsel: Konsisten Gelar Agenda Sastra
Ketua HISKI Sumsel, Ernalida, S.Pd., M.Hum., Ph.D., mengungkapkan kegiatan ini bagian dari rangkaian agenda HISKI selama Agustus.
“Kami ingin mahasiswa dan dosen tidak hanya membaca secara tekstual, tetapi juga menangkap pesan sosial, budaya, dan humanistik dalam karya sastra. Sastra adalah ruang refleksi. Sepanjang Agustus ini HISKI Sumsel menggelar Bincang Sastra di UMP (23/8), Belajar Sastra di UBD (26/8), lalu Bedah Buku di UNSRI hari ini, dan besok Lomba Menulis Puisi di Balai Bahasa Sumsel (30/8). Semua ini untuk meneguhkan tradisi literasi,” jelasnya dalam bedah buku yang iikuti juga oleh beberpa dosen dari beberapa perguruan tinggi, seperti Prof Houtman, M.Pd, dari UMP; Dr Achmad Wahidi, Hayatun Nufus, dan Dr Darwin Effendi, M.Pd dari Universitas PGRI Palembang; Dr Emawati dari Universitas Bina Darma; Dr Arif Ardiansyah, M.Pd dari Stisipol Candradimuka Palembang; Dr Zahara Alwi dan Dr Santi, MPd dari Unsri.
Novel yang Menghidupkan Kearifan Lokal
Novel Ketika Iman Dikhianati (KID) karya Dr. Haryadi, M.Pd. menjadi fokus pembahasan. Dr. Izzah Zen Syukri, M.Pd., akademisi sastra UNSRI, menilai novel ini memiliki kekuatan pada penggambaran lokalitas Palembang.
“Yang menarik dari novel ini adalah keberanian mengangkat kearifan lokal: perahu di Sungai Musi, Rumah Limas, Kampung Kapitan, hingga Makam Ki Marogan. Ini bukan sekadar latar, tapi identitas. Penulis Palembang seharusnya banyak mengambil inspirasi dari akar budaya kita sendiri,” katanya.
Ia menambahkan, konsistensi menulis akan melahirkan penulis-penulis besar baru.
“Semua penulis terkenal juga memulai dari karya pertama. Yang terpenting adalah konsisten. Novel ini adalah awal yang baik bagi Dr. Haryadi,” ujarnya memberi motivasi.