HISKI Sumsel dan UNSRI Gelar Bedah Buku “Ketika Iman Dikhianati”: Ruang Apresiasi, Kritik, dan Literasi Kritis

photo author
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 08:58 WIB
HISKI Sumsel dan UNSRI Gelar Bedah Buku “Ketika Iman Dikhianati”: Ruang Apresiasi, Kritik, dan Literasi Kritis (dok)
HISKI Sumsel dan UNSRI Gelar Bedah Buku “Ketika Iman Dikhianati”: Ruang Apresiasi, Kritik, dan Literasi Kritis (dok)

HISKI Sumsel dan UNSRI Gelar Bedah Buku “Ketika Iman Dikhianati”: Ruang Apresiasi, Kritik, dan Literasi Kritis
HISKI Sumsel dan UNSRI Gelar Bedah Buku “Ketika Iman Dikhianati”: Ruang Apresiasi, Kritik, dan Literasi Kritis (dok)

Kritik Konstruktif: Bahasa, Konflik, dan Relevansi

Sementara itu, Muhamad Nasir, M.Pd., Ketua Dewan Kesenian Palembang, menilai novel ini kuat secara emosional dan puitis.

“Bahasanya indah, emosional, dan kisahnya relevan dengan realita. Ada nilai moral dan religius yang kuat. Namun konflik perlu dipertajam lagi. Misalnya, pengungkapan kasus perselingkuhan bisa dibuat lebih subtil dengan tanda-tanda, sehingga pembaca diajak berpikir. Selain itu, penggunaan bahasa Palembang perlu diperhatikan agar sesuai dengan kaidah yang benar,” jelas Dosen FKIP Universitas PGRI Palembang ini.

Penulis: Kisah Nyata tentang Luka dan Ketabahan

Dr. Haryadi, M.Pd., selaku penulis, mengungkapkan rasa syukur atas apresiasi dari para pembedah dan peserta.

“Saya sangat berterima kasih, novel pertama saya langsung dibedah oleh akademisi dan praktisi sastra hebat. Ini menjadi energi untuk terus menulis,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa kisah novel ini lahir dari realita.
“Ketika Iman Dikhianati adalah cerita tentang luka, perjuangan, dan kekuatan untuk memaafkan. Saya ingin pembaca merenung: seberapa dalam kita mengenal orang yang kita cintai, dan sejauh mana kita bertahan saat iman diuji pengkhianatan,” pungkasnya.

Literasi Kritis: Dari Palembang untuk Nusantara

Dengan antusiasme peserta dan kedalaman diskusi, kegiatan ini tidak hanya menegaskan komitmen HISKI Sumsel dan UNSRI dalam mengembangkan literasi, tetapi juga menunjukkan bahwa Palembang memiliki potensi besar dalam melahirkan karya sastra bernilai budaya dan moral. Bedah buku ini sekaligus menandai pentingnya ruang publik bagi karya sastra, bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk diperdebatkan, diapresiasi, dan dikritisi bersama.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X