Sementara itu, Ketua DKP Palembang, M. Nasir, menilai lomba ini bisa menjadi ruang kreatif yang berkesinambungan. “Palembang tidak hanya kaya tradisi, tapi juga punya potensi seni jalanan yang luar biasa. Perpaduan keduanya bisa menjadi daya tarik wisata kota,” katanya.
Di sisi lain, Ketua Panpel, Febri Zulian, menyampaikan rasa bangga atas antusiasme peserta maupun warga. “Kami ingin membuktikan bahwa grafiti dan mural bisa diarahkan ke hal yang lebih positif, mendidik, sekaligus menghibur. Tahun depan, event ini akan kami kemas lebih besar lagi,” tuturnya.
Bagi panitia, lomba mural ini bukan hanya arena adu keterampilan, melainkan juga cara mendidik masyarakat agar melihat grafiti dan mural sebagai seni, bukan sekadar coretan.
Baca Juga: Zahra, Peserta Termuda yang Curi Perhatian di Lomba Mural Graviti Palembang
Kini, Palembang semakin kaya warna. Ada Musi yang membelah kota, Ampera yang menjulang sebagai ikon, pempek yang melegenda, dan bidar yang tak lagi sekadar cerita lomba di sungai, melainkan berlari abadi di dinding-dinding kota.