Aksara Jawi akan resmi digunakan pada papan nama kantor, jabatan, nama jalan, hingga identitas pegawai.
Semboyan Palembang menguat dalam usulan:
“Palembang Djayo, adat dipangku, syariat dijunjung” – sebuah kalimat sarat makna yang menegaskan keseimbangan antara adat, agama, dan kejayaan masa lampau.
Tari Sambut Palembang akan lahir sebagai tarian resmi penyambutan, dengan nuansa Kesultanan Palembang Darussalam, melengkapi Gending Sriwijaya yang lebih merepresentasikan era Kedatuan Sriwijaya.
Suara Sultan dan Para Tokoh
Sultan Palembang Darussalam, SMB IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja, S.H., M.Kn., menegaskan pentingnya Palembang memiliki semboyan yang benar-benar mencerminkan karakter kotanya.
“Usulan yang dianggap paling cocok adalah ‘Adat Dipangku, Syariat Dijunjung’. Ini menegaskan semangat wong Palembang menjaga adat sekaligus menegakkan syariat. Alternatif seperti ‘Palembang Jaya’ atau ‘Palembang Darussalam’ juga masih dipertimbangkan,” ungkapnya.
Menurut Sultan, aksara Arab Melayu harus kembali dipakai secara luas:
“Penulisan Arab Melayu perlu dibiasakan lagi, agar masyarakat mengenal akar peradaban kita. Ini bagian dari menguatkan identitas Palembang sebagai kota Melayu,” tegasnya.
Tentang tari sambut, Sultan menilai perlu diciptakan tarian khas Palembang Darussalam, bukan sekadar mengadopsi dari daerah lain.
“Saat ini kita masih menggunakan Gending Sriwijaya atau tari keraton. Kita butuh tari sambut khusus yang benar-benar bisa menjadi wajah resmi Palembang,” tambahnya.
Kehadiran Tokoh dan Akademisi
FGD semakin bermakna dengan hadirnya sejumlah tokoh penting, antara lain:
SMB IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja, S.H., M.Kn.
Dr. Nyimas Umi Kalsum, M.Hum.
Prof. Zuhdiyah, M.Ag.