Kelesan ini, biasanya menjadi makanan pendamping saat minum teh atau kopi di garang (teras rumah) saat sore hari. Atau juga pagi hari.
Karenanya, rumah-rumah orang Palembang kemudian pasti selalu menyediakan dan menyiapkan pempek sebagai makanan pendamping utama. Makanan utamanya kan nasi.
Untuk bahannnya sendiri, karena belido ataupun tengkelso kemudian menjadi langka, bergeserlah ke ikan lain seperti saat ini.
Bisa ikan tenggiri, ataupun ikan gabus. Yang jelas, ikan yang biasanya bertekstur lunak dan bisa menyatu atau istilahnya kalit dengan sagu. Maka, yang banyak digunakan itu
ikan tenggiri dan ikan gabus.
"Jadi, namanya dulu kelesan. Bukan pempek," ujar Mang Dayat.
Versi kedua:
Pempek ini berawal dari kata apek yang selamo ini beredar di masyarakat terutama versi wikipedia yang mengatoke dijual sejak zaman kesultanan menggunakan sepeda. Jadi penjualnya itu orang keturunan Cina, yang panggilannya Apek.
Ketika penjualnya lewat, orang yang mau membeli memanggilnya, apek-apek. Sampai akhirnya kemudian namanya melekat, pempek. atau empek-empek.
Versi ketiga:
Pempek itu terbuat dari ikan yang kemdain digiling atau dipirik. Lalu disatukan dengan sagu. Saat membuat ini, sagu dan ikan itu dibanting-banting atau dihempaskan ke kayu alas pembuatnya.
Bunyinya pek pek. Sehingga, kemudian karena bunyinya saat membuat "pek" "pek", maka orang menyebut makanan itu dengan sebutan pempek.
Baca Juga: Mampir di Benteng Kuto Besak Palembang, Ternyata Banyak Destinasi Wisata Lainnya Dapat Dilihat
Nah, dari ketiga versi itu, mana yang lebih tepat. Tinggal bagaimana kita memahaminya.
Menurut Sejarawan Palembang Kemas Ari Panji mengenai Asal Usul Pempek, secara umum memang memiliki beberapa versi namun menurut beliau kurang tepat jikalau sepenuhnya menyebutkan berasal dari sapaan apek walaupun jika ada yang berpendapat seperti itu silakan dan tidak bisa menyalahkan.
Yang jelas, tambah Kms Ari Panji, sejarah di wikipedia, itu kurang bisa diterima.