Hal yang sama dilakukan pula oleh Sultan, sehingga beliau melakukan beberapa kebijakan dalam berbagai bidang. Pada tahun 1819-1821 banyak benteng lama yang diperkuat dan benteng baru didirikan (Safwan,2004:74).
Disamping itu perlu mempersiapkan faktor-faktor pertahanan lainnya. Perahu-perahu yang dipersenjatai juga dipersiapkan oleh Sultan. Tentara (lasykar) terus dipersiapkan. Lasykar umumnya diambil dari orang-orang Miji dan Orang Senan.
Sesudah persiapan mencukupi, maka Sultan menyelesaikan masalah lain, antara lain dengan menunjuk orang-orang kepercayaannya untuk menjadi panglima perang di medan perang, antara lain Pangeran Kramadiraja, Pangeran Wirasentika, Pangeran Kramajaya (Menantu Susuhunan Mahmud Badaruddin II), Pangeran Suradilaga, Pangeran Kramadilaga, dan Pangeran Bupati Panembahan Hamim, beliau adalah saudara kandung dari Sultan Mahmud Badaruddin II
Pahlawan Nasional dari Palembang
Menjalin hubungan baik dengan berbagai pihak, diantaranya dengan Pangeran Ratu dari Jambi serta beberapa pimpinan etnis yang ada di Palembang, seperti Bugis, Arab dan Cina.
Pangeran Ratu dari Jambi sengaja datang ke Palembang untuk memberikan semangat kepada Sultan.
Pangeran Ratu juga memberikan bantuan dengan membuat benteng baru. Benteng baru itu terletak di sebelah kiri Benteng Manguntama. Benteng ini dipimpin oleh Pangeran Wirasantika.
Asal-Usul Pangeran Bupati Panembahan Hamim
Pangeran Bupati Panembahan Hamim bin Sultan Muhammad Bahauddin lahir di Palembang pada hari Sabtu jam 08.00 WIB, tanggal 25 Januari 1779 M atau bersamaan dengan 17 Syawal 1192 H.
Beliau dilahirkan tiga tahun setelah Ayahnya (Sultan Muhammad Bahauddin) menjadi sultan ke-6 di Kesultanan Palembang Darussalam (1776 M). Sejak kecil beliau telah diajari ilmu beladiri dan dididik tentang ajaran agama Islam, sehingga beliau betul-betul memahami dan menghayati hukum-hukum Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari, Beliau tumbuh seperti remaja-remaja lainnya, hingga dewasa, ketika beliau telah cukup umur dan mampu maka beliaua pun menikah. Sebagai seorang suami yang baik dan ayah yang bijaksana.
Beliau selalu memperhatikan keluarganya. Pangeran selalu menyediakan waktu khusus untuk keluarga terutama masalah pendidikan agama anak-anaknya terus dibina oleh Pangeran Bupati.
Dalam bidang militer Pangeran bersama saudara-saudaranya yang lainnya diajarkan juga strategi berperang serta pengetahuan militer yang cukup. Beliau dikenal ahli dalam melakukan perang di lautan (sungai) terbuka.
Hal ini beliau buktikan ketika ia memegang kendali Benteng Martopuro yang dikenal sebagai Benteng Komando Kesultanan Palembang Darussalam.
Sepanjang hayat hidupnya telah terjadi 5 kali pergantian sultan di Kesultanan Palembang Darussalam, dan wafat pada Pemerintahan Keresidenan Palembang dihapuskan oleh pemerintah Belanda.