KetikPos.com— Langit pagi di Kota Palembang terasa berbeda hari ini. Bukan karena cuaca, tapi karena semangat ratusan wajah muda yang berbaris rapi, mengenakan pakaian adat dari seluruh penjuru nusantara—dari Ulos Batak, Bundo Kanduang Minang, hingga Baju Bodo Bugis. Mereka tidak sedang mengikuti parade budaya, melainkan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan cara yang menggetarkan hati.
Upacara digelar di halaman Kantor Wali Kota Palembang dan dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Palembang, Aprizal Hasyim, didampingi Kadisdik Adrianus Amri. Namun, yang paling mencuri perhatian bukanlah seremoninya—melainkan pesan yang disampaikan.
“Pendidikan bukan hak istimewa, melainkan hak dasar. Ia harus memerdekakan, bukan membatasi. Tak boleh ada yang tertinggal hanya karena ia lahir di kampung, miskin, atau berbeda,” seru Aprizal di hadapan peserta upacara yang terdiri dari pelajar, guru, kepala sekolah, dan pegawai dinas.
Aprizal menekankan bahwa pendidikan yang ideal tidak membeda-bedakan, melainkan merangkul semua—dari kota hingga pelosok. Ia juga menyambut baik komitmen Presiden Prabowo yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas dalam Asta Cita keempat, khususnya dalam hal pembangunan sumber daya manusia yang unggul.
“Melalui pendidikan, kita tak hanya bisa mencetak cerdasnya otak, tapi juga lembutnya hati dan kuatnya karakter. Guru bukan hanya pengajar, mereka adalah pengubah zaman,” tambahnya.
Di tengah parade warna-warni kain tradisional dan semangat kebangsaan yang membuncah, Hardiknas 2025 di Palembang menjadi lebih dari sekadar upacara. Ia menjadi pengingat—bahwa di balik seragam, buku, dan papan tulis, ada perjuangan untuk masa depan yang lebih adil, lebih beradab, dan tentu, lebih membebaskan.