"Jika pendidikan politik dijalankan secara konsisten, kesadaran akan tumbuh, dan praktik money politic akan kehilangan ruang untuk berkembang," tambahnya optimis.
Dampak Sistemik Politik Uang: Kepemimpinan Bermental Korup
Rahmat Sandi Iqbal, seorang aktivis antikorupsi, memperingatkan bahwa politik uang tidak hanya menciderai demokrasi, tetapi juga melahirkan pemimpin bermental korup.
Ia mengungkapkan bahwa banyak kepala daerah yang memenangkan Pilkada melalui politik uang akhirnya terjebak dalam pola pikir untuk mengembalikan "modal" yang dikeluarkan selama kampanye.
"Pemimpin yang dilahirkan dari politik uang hanya akan fokus memperkaya dirinya sendiri dan kelompoknya. Mereka melupakan rakyat karena prioritasnya adalah mengembalikan investasi yang sudah dikeluarkan," paparnya.
Lebih jauh, Rahmat mengkritisi minimnya pendidikan politik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Edukasi yang memadai, menurutnya, adalah kunci utama untuk mengubah pola pikir masyarakat agar tidak lagi mudah terbuai dengan janji politik uang.
"Masyarakat harus diberdayakan untuk memilih berdasarkan integritas, visi, dan kompetensi calon pemimpin, bukan berdasarkan uang," tegasnya.
Merajut Komitmen Bersama untuk Menjaga Demokrasi
Diskusi ini menghasilkan kesepakatan bahwa untuk menciptakan demokrasi yang sehat, diperlukan komitmen bersama dari semua pihak: pemerintah, media, aktivis, dan masyarakat.
Para narasumber menegaskan bahwa hanya calon dengan visi, misi, dan program kerja yang jelas yang layak mendapatkan dukungan masyarakat.
Sebagai penggerak inisiatif, Relung Forum dan Forum Jurnalis Parlemen berkomitmen untuk terus membuka ruang dialog yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya demokrasi yang bersih dan sehat.
"Demokrasi adalah milik kita semua. Jika kita ingin demokrasi yang sehat, maka kita harus melawan politik uang bersama-sama. Pendidikan politik adalah langkah awal yang harus kita jalankan dengan konsisten," tutup Dudi Oskandar.
Membangun Pilar Demokrasi dari Akar Rumput
Diskusi ini bukan hanya ajang berbagi pandangan, tetapi juga menjadi panggilan aksi bagi masyarakat.
Dengan mengutamakan pendidikan politik dan menolak politik uang, Pilkada serentak 2024 diharapkan dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar berkomitmen untuk memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sebagai pesan terakhir, para narasumber menekankan bahwa masa depan demokrasi bergantung pada pilihan rakyat saat ini. Dengan memilih berdasarkan integritas dan kompetensi, masyarakat dapat menciptakan pemerintahan yang adil dan berorientasi pada kemajuan bersama.
"Tolak politik uang, wujudkan demokrasi sehat, dan jadikan Pilkada 2024 momentum perubahan nyata!"