Saya mohon maaf. Kalau ada yang menyusun skenario besar, dengan saya dimasukkan lama di sini. Menganggap bahwa Anas sudah selesai.
Skenario boleh besar, hebat. Tapi sehebat apa pun, sekuat apapun, selicik apapun, skenario manusia tidak akan bisa mengalahkan skenario Tuhan.
Ini, saya mangatakan kepada semua bahwa saya ingin berpikir ke depan. ke depan itu juga dengan permohonan maaf, mohon maaf kakau ada yang berpikir saya keluar dan
bebas, ini akan melahirkan permusuhan dan pertentangan.
Saya katakan, tidak. Saya tidak ada dalam kamus saya, bertentangan bermusuhan. Kamus saya perjuangan keadilan.
Andai dalam perjuangaan keadilan ada yang bertentangan, mohon maaf itu karena konsekuensi perjuangan keadilan.
Jadi hati saya, sikap saya, sikap persaudaraan, persahabatan. Itu saya garis bawahi.
Dan mohon maaf saya ingin mengucapkan hal-hal lain, tapi saya menduga Pak Kalapas sudah capek mendengarkan. Nanti akan kita lanjutkan di tempat berikutnya.
Karena itu, saudara-saudara sekalian, dalam tradisi para aktivis. saya ingin yahg terakhir, dalam tradisi aktivis, pertandingan dan kompetisi hal biasa. Sudah diajarkan hal itu sejak bayi, sejak lahir. Bagi saya pertandingan itu dalam konteks demoktasi.
Perjuangan itu yang jujur, yang fair dan objektif. Tidak boleh menggunakan pihak lain, pakai tangan lawan tabok kiri kanan.
Kalau tidak ada pertandingan yang jujur, bagi aktivis tidak akan tertarik untuk itu. Semua akan berakhir untuk itu.
Mudah-mudahan, ini jadi titik langkah saya dan kita semua untuk tetap mencintai negeri ini.
Kita ini para aktivis tidak mungkin diceraikan, dipisahkan kecintaan dengan negeri ini, dan komitmen kita berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik,
Mudah-mudahan negeri ini jadi negeri yang maju. maju bersatu dan makmur, rakyatnya menikmati janji-janji kemerdekaan.
Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan. Terakhir. merdeka, boleh ya. merdeka. merdeka, merdeka. Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar, hidup kapalas. Hidup kita semua.
Setelah doa dipimpin Rifki dari Presedium. Pemberian buku secara sibolis dari Saan Mustafa, Buku Nelson Mandela dan Buku Anwar Ibrahim dari Gede Pasek Suardika.