KetikPos.com – Anggota DPRD Palembang dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Okdi Priantoro, SE.Ak., SH menyoroti kasus dugaan keracunan yang menimpa sejumlah siswa SDN 178 Palembang.
Menurutnya, insiden tersebut menjadi bukti masih lemahnya pengelolaan dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SPPBG.
“Pemerintah kota harus menjadikan kasus ini sebagai pelajaran penting. Pengelolaan pangan itu bukan sekadar memasak dan menyajikan makanan kepada anak-anak, tetapi ada standar yang ketat agar keamanan pangan tetap terjaga,” kata Andreas, Sabtu (27/9/2025).
Baca Juga: Ketua Fakar Indonesia Nilai Permintaan Maaf BGN Soal Keracunan MBG Tak Cukup, Desak Evaluasi Total
Dikatakan Anggota Komisi III DPRD Kota Palembang ini, dalam dunia industri pangan dikenal konsep Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), yaitu sistem manajemen keamanan pangan berbasis pencegahan.
Sistem ini, lanjutnya, memastikan identifikasi dan pengendalian bahaya dalam setiap tahapan produksi makanan sehingga produk yang disajikan aman untuk dikonsumsi.
Baca Juga: Ketua Fakar Indonesia Dorong Evaluasi Program MBG, BGN Diminta Perkuat Fungsi Pengawasan
“HACCP memiliki tujuh prinsip, mulai dari analisis bahaya, penentuan titik kendali kritis, hingga prosedur verifikasi dan dokumentasi,” ujar Andreas.
Lebih lanjut, ia juga menyinggung perbedaan konsep food security (ketahanan pangan) dan food safety (keamanan pangan).
Food security, jelasnya, menekankan pada ketersediaan pangan yang cukup, bergizi, dan terjangkau, sementara food safety memastikan makanan bebas dari cemaran biologis, kimia, maupun fisik.
Baca Juga: Kemendagri dan BGN Sebut Pihak yang Bertanggung Jawab Tangani Kasus Keracunan MBG
“Pertanyaannya, apakah pemerintah sudah mempertimbangkan isu-isu ini dalam program MBG? Saat ini bukan hanya soal niat baik negara untuk rakyat, tetapi dampak biologis dari program ini justru meninggalkan trauma bagi orang tua dan anak-anak,” tegasnya.
Andreas pun mendesak pemerintah kota segera merombak standar operasional prosedur (SOP) dapur MBG. Ia menyarankan agar pelibatan pihak ketiga yang berpengalaman di bidang penyediaan makanan sehat dan aman dipertimbangkan.
“Segera rombak SOP dapur MBG. Libatkan tenaga profesional dan pihak ketiga yang benar-benar memiliki pengalaman dalam bisnis pangan, sehingga program ini bisa berjalan sesuai standar ilmu pengetahuan dan aman dikonsumsi,” tutup Andreas. ***
Artikel Terkait
Mitra BGN Kini Bisa Mudah Ajukan Dukungan Program MBG Secara Online
Kisruh MBG Kalibata: Dapur Masak 65 Ribu Porsi, Malah Ditagih Rp420 Juta
Sorotan Khusus Pakar IDAI: Hidupkan Kantin Sekolah, Jangan Terus Andalkan Dapur Massal MBG
Insiden Keracunan Telan 70 Korban di Sumedang, Tambah Daftar Panjang Ironi KLB Imbas MBG Tak Layak Konsumsi
Kemendagri dan BGN Sebut Pihak yang Bertanggung Jawab Tangani Kasus Keracunan MBG
Ketua Fakar Indonesia Dorong Evaluasi Program MBG, BGN Diminta Perkuat Fungsi Pengawasan
Ketua Fakar Indonesia Nilai Permintaan Maaf BGN Soal Keracunan MBG Tak Cukup, Desak Evaluasi Total