Pangan adalah Senjata

photo author
DNU
- Selasa, 29 Juli 2025 | 15:41 WIB
Andrezal   (Dok Ist/KetikPos.com)
Andrezal (Dok Ist/KetikPos.com)

KetikPos.com - Fritzh Heber dan Carl Bosch nama yang mungkin asing. Tapi nitrogen sintetik temuan mereka merubah sistem pertanian global serta fondasi dominasi ekonomi politik Amerika Serikat di dunia. Tahun 1909, Fritzh Heber mengembangkan proses ekstraksi dan pemurnian nitrogen dari udara. Kemudian pada tahun 1910, Carl Bosch menyempurnakan metodenya untuk skala industri. Metode ini dikenal sebagai proses Heber-Bosch. 

Baik Heber maupun Bosch mereka berdua bekerja untuk Badische Anilin- und Sodafabrik (BSAF). BSAF sendiri merupakan sebuah perusahaan kimia besar yang terlibat dalam pengembangan bahan kimia strategis untuk kebutuhan Jerman dalam Perang Dunia I (1914-1918). Pada awalnya temuan Heber-Bosch ini hendak digunakan sebagai bahan peledak. 

Namun tahun 1920-an pasca kekalahan Jerman dalam PD I, temuan mereka diambil sekutu dan digunakan untuk pertanian negara Eropa Barat. Kemudian pada tahun 1939 juga dipakai dan dikembangkan di Amerika Serikat guna meningkatkan produksi untuk suplai pangan perang. Peningkatan produktifitas pangan inilah yang menjadi senjata tersembunyi AS dalam menaklukan dunia di Perang Dunia II (1939-1945) dan juga Perang Dingin (1947-1991). 

Baca Juga: Dit Intelkam Polda Sumsel bersama Ketua DPD APDESI Sumsel Dukung Proyek Strategis Nasional Ketahanan Pangan dan Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih

Sebenarnya sebelum 1930 produksi pangan Amerika Serikat telah mengalami overproduksi karena kemajuan teknologi pertanian dan perluasan lahan pertanian. Saat terjadi great depression 1930-an daya beli atas pangan menurun dan petani AS bangkrut. Pemerintah Roosevelt membuat kebijakan Agricultural Adjustment Act (AAA)’33. Kebijakan ini memaksa petani untuk menunda tanam serta pemusnahan hasil produksi dan ternak lewat mekanisme pembayaran dari pemerintah.

Kebijakan Amerika Serikat ini berhasil memulihkan harga komoditas dan juga memberikan keuntungan bagi petani AS. Di sisi lain kebijakan ini bertentangan dengan etika global sebab banyak negara sedang dilanda krisis kelaparan pada masa itu. Di Ukraina (Uni Soviet) 7 juta nyawa melayang karena kelaparan dan malnutrisi. Di China pasca banjir besar Sungai Yangtze 1931 lahan pertanian rusak menimbulkan kelaparan dan menelan jutaan korban jiwa.   

Baca Juga: Ratu Dewa di Panggung HUT Sumsel ke-79: Pangan Mandiri, Pembangunan Berhati Nurani

Efek domino great depression ke negara lain, krisis pangan di berbagai kawasan, kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mencegah agresi militer, dendam Jerman karena Perjanjian Versailes, serta absennya Amerika Serikat sebagai penengah konflik global, memberi ruang untuk lahirnya pemerintahan fasis di Jerman, Italia dan Jepang. 

Invasi Jerman ke Polandia 1 September 1939 penanda dimulainya PD II. Secara geografis AS berada jauh dari zona perang karena itu produktivitas pangan mereka aman. Lahirlah kebijakan Lend-Lease Act (Maret 1941) yaitu ekspor bantuan pangan dan logistik untuk negara sekutu tanpa terlibat perang. Barulah saat serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 AS terlibat langsung pada PD II. 

Baca Juga: HUT ke-79 Sumsel, DPD ADO Sumsel Siap Dukung Gerakan Sumsel Mandiri Pangan Lewat Distribusi Digital

Saat AS terlibat perang muncul masalah yaitu berkurangnya tenaga kerja pertanian karena rekrutmen militer. Untuk mengatasi itu ditariklah perempuan dan kelompok minoritas ke dalam sektor pertanian, adopsi teknologi pertanian modern; traktor, mesin panen, dan pupuk sintetik. Juga ada kampanye Victory Garden yaitu ajakan agar warga sipil menanam sayuran di halaman rumah. Setelah PD II berakhir tahun 1945, kukuhlah posisi geopolitik Amerika Serikat lewat diplomasi pangannya. 

Revolusi Hijau Penetrasi Menuju Kontrol Pangan Global 

Menyambut narasi krisis pangan pasca perang, sejak tahun 1940 Amerika Serikat telah memulai proyek besar benama “Revolusi Hijau”. Revolusi Hijau adalah upaya menghadapi krisis dengan mengubah pertanian alamamiah menjadi pertanian berbasis ilmiah. Pijakan dari Revolusi Hijau adalah ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kata lain menghapus pertanian tradisional. Pertama kali diterapkan di Meksiko pada Februari 1943 dengan nama Mexican Agricultural Program, didanai oleh Rockefeller Foundation, dikepalai oleh Norman Bourlaug.

Boulaug seorang ahli agronomi dan fitopatologi, ia berhasil menciptakan bibit gandum semi-kerdil Meksiko tahun 1955. Gandum jenis ini memiliki tangkai yang kuat, tahan penyakit dan responsif terhadap pupuk sintetis dan irigasi. Setahun setelah itu Meksiko mengalami swasembada pangan. Keberhasilan Meksiko ini mendorong ekspansi global. Tahun 1966, Ford Foundation juga ikut menjadi pendonor dalam riset Revolusi Hijau.

Baca Juga: DPC PDI Perjuangan Palembang Gelar Lomba Masak Pangan Lokal, Perkuat Peran Perempuan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X