Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

photo author
- Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB
anter-anteran (dok)
anter-anteran (dok)

 

Pada masyarakat Beringin Lubai, pernikahan merupakan suatu kejadian sakral, banyak runut tahapan acaranya sebelum peristiwa ijab qobul berlangsung, semua keluarga berjibaku bahu membahu saling tolong menolong, gotong royong, sehingga semua aktivitas mulai persiapan sampai dengan acara resepsi pernikahan dan tasyakurannya dapat berlangsung lancar dan penuh kebahagiaan.

Pada hari-hari pranikah ada acara-acara tertentu yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak, diantaranya ngantat dan nerime dudol lemang (ngantar dan nerima kue dodol dan lemang ketan sebagai pintaan dari pihak perempuan), ngantat penulong (masyarakat memberikan bantuan sembako suka rela), dan nagkap penganten (pihak laki-laki menyambut kedatangan pengantin perempuan sebagai anggota keluarga baru).

Dari ketiga kejadian tersebut, ada makna yang tersirat, yaitu tanda-tanda atau simbolis yang berarti menunjukkan dekatnya hubungan kekerabatan atau dekatnya silsilah hubungan keluarga dengan pihak keluarga pengantin.

Beberapa aktivitas kekeluargaan menjelang pernikahan yang bermakna dekatnya silsilah kekeluargaan, yaitu:
1. Bon Dudol Lemang.
Sebagai salah satu persyaratan pernikahan, pihak keluarga pengantin perempuan meminta dudol dan lemang ketan dalam jumlah tertentu, misalnya 100 bon atau baki kue dodol dan seratus batang (satu ruas bambu) lemang ketan.
Bila sudah disepakati oleh kedua belah pihak pengantin, maka pada waktu yang telah disepakati, pihak pengantin laki-laki mengantarkan dudol lemang kepada pihak pengantin perempuan, tentu beramai-ramai tanda suka dan bahagia.

Setelah dudol lemang diterima, pihak pengantin perempuan memberikan sepasang dudol lemang kepada keluarga dekat pengantin perempuan, biasanya kepada tua-tua keluarga dekat atau gugok baik dari pihak bapak maupun pihak ibu pengantin perempuan.

Adapun dudol lemang itu istilahnya secara adat adalah Bon, yang mana nantinya sebelum hari pernikahan pihak keluarga penerima bon membalas pemberian bon dengan kado berupa perabot rumah tangga, seperti: kompor, piring, gelas, ember, kuali dan sebagainya.
Barang-barang pemberian itu sebagai barang bawaan pengantin perempuan hijrah ke rumah sang suami.
Di Beringin berlaku penghargaan semakin banyak barang bawaan akan mempengaruhi harga diri keluarga pengantin perempuan, katakanlah menunjukkan tingkat keberadaan keluarga pengantin perempuan secara materi.

Pertimbangan pihak keluarga yang diberi bon karena faktor kedekatan hubungan darah kekeluargaan dengan pihak orang tua pengantin perempuan.

Baca Juga: Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan: Lanjutan dari Bunga Rampai, Upaya Nyata Melestarikan Sejarah dan Budaya Desa

2. Penulong
Pada aktivitas pemberian penulong, pihak keluarga pengantin dan masyarakat memberikan penulong berupa bahan pokok seperti: beras, gula, garam, sirup, mie, air minum mineral bahkan ayam atau bebek.
Jika barang penulong yang diberikan ada berupa ayam jago, itu pertanda hubungan kekerabatan atau kekeluargaan dengan pihak pengantin, masih dekat atau pedak, masih memiliki hubungan pertalian darah.

Namun sekarang ini, makna ayam jago sudah jarang terjadi, bisa juga karena faktor ekonomi, atau memang tradisi tersebut sudah tidak layak lagi dilakukan. Tertinggal dan terlupakan.
Penulong berupa ayam jago bermakna simbolis hubungan kekeluargaan masih dekat, masih memiliki hubungan pertalian darah.

Baca Juga: Buku Bunga Rampai Beringin Loebay, (Bagian II) BAHASA IBU DESA BERINGIN LUBAI TEMPO DOELOE

3. Nangkap Pengantin.
Setelah acara inti, yakni ijab qobul sebagai tanda suka dan berbagi bahagia untuk disaksikan oleh umum bahwa sepasang pengantin sudah syah menjalin hubungan halal dalam mahligai rumah tangga.
Pihak keluarga pengantin laki-laki membawa pengantin perempuan ke kediaman pengantin laki-laki sebagai anggota keluarga yang baru.

Sepasang pengantin baru diarak beramai-ramai oleh pihak keluarga pengantin laki-laki di-iringi hiburan berupa terbangan sarapul anam dan rudatnya, musik pengarak tanjidur, dan ibu-ibu nan cantik-cantik ikut memeriahkan dengan tarian lenggang lenggoknya meluapkan penuh keceria-an sambil berselendangkan kain panjang, digunakan untuk menangkap pengantin perempuan yang bermakna menyambut kehadirannya dalam keluarga pengantin laki-laki.

Dalam hal menangkap pengantin, ada dua macam, yakni nangkap laju atau nangkap jadi dan nangkap pemuhong atau nangkap tak jadi.
Manakala ibu-ibu menangkap pengantin dengan menyelendangkan kain panjang ke pundak pengantin perempuan dan kainnnya ditinggal atau diberikan, berarti ibu si penangkap masih memiliki hubungan kekerabatan atau kekeluargaan dekat atau memiliki hubungan pertalian darah dengan pihak pengantin laki-laki.
Namun apabila yang menangkap menyelendangkan kain panjang ke pundak pengantin perempuan dan setelah itu kainnya diambil lagi atau tak diberikan berarti si ibu penangkap bukan bagian dari keluarga dekat pengantin laki-laki.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X