Ketikpos.com --Tinutuan, atau yang lebih dikenal sebagai bubur Manado, bukan hanya sekadar makanan biasa di Sulawesi Utara, tetapi juga sebuah simbol kelezatan dan keberagaman budaya kuliner daerah tersebut.
Dengan asal usulnya yang kaya akan sejarah dan tradisi, tinutuan telah menjadi sajian yang dicari oleh banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri.
Mari kita telusuri lebih jauh tentang kelezatan dan keunikannya.
Asal Mula dan Sejarah
Tinutuan memiliki akar sejarah yang dalam di daerah Manado, Sulawesi Utara.
Meskipun ada beberapa sumber yang mengaitkannya dengan masakan khas Minahasa, bubur Manado telah tersebar luas di wilayah Sulawesi Utara sejak tahun 1970-an.
Namun, popularitasnya mulai meroket dan diperkenalkan secara lebih luas oleh pemerintah daerah setempat pada tahun 2004-2005.
Makanan ini lahir sebagai hasil dari kreativitas masyarakat dalam mengatasi kesulitan mendapatkan bahan pangan, terutama daging sapi, ayam, tahu, tempe, dan lainnya.
Dengan perekonomian yang didominasi oleh hasil laut dan kebun kelapa, masyarakat Manado berinovasi untuk menciptakan makanan bergizi dengan menggunakan sumber daya yang minim
Bahan Utama dan Proses Pembuatan
Tinutuan terdiri dari berbagai bahan utama yang menciptakan kelezatan dan keunikan rasanya.
Salah satu unsur utamanya adalah berbagai macam sayuran lokal yang mudah ditemui di daerah Sulawesi Utara, seperti labu kuning (atau sambiki), singkong, bayam, kangkung, jagung, kemangi, pakis, dan lainnya.